Senin, 03 Mei 2010
Sabtu, 01 Mei 2010
Jacky Chen
Jackie Chan, S.B.S., M.B.E. (bahasa Tionghoa: 成龍; pinyin: Chéng Lóng; lahir dengan nama 陳港生; pinyin: Chén Gǎngshēng; lahir di Victoria Peak, Hong Kong, 7 April 1954; umur 56 tahun) adalah seorang aktor, sutradara, stuntman, produser, aktor bela diri, aktor komedi, penulis naskah layar lebar dan penyanyi dari Hong Kong. Ia adalah salah satu tokoh yang terkenal dalam seni bela diri (kung fu) dari Cina dan aktor layar lebar dunia yang terkenal dengan aksi pertarungan akrobatiknya, ahli penggunaan berbagai macam alat yang ditemui di sekitarnya sebagai senjata dan aktor laga yang memiliki banyak inovasi. Ia telah mendalami seni peran sejak tahun 1970-an, dan sudah tampil tak kurang dalam 100 film serta pernah menerima penghargaan di Hong Kong Avenue of Stars dan di Hollywood Walk of Fame.
Sebagai seorang ikon kebudayaan, ia telah direferensikan dalam berbagai lagu-lagu pop, kartun dan permainan video. Selain berakting, dia adalah seorang bintang Cantopop dan Mandopop, dan sudah menerbitkan tidak kurang dari 20 album sejak tahun 1984 dan menyanyikan banyak musik tema dari film-film yang diperaninya. Di tahun 2008, dia, bersama-sama dengan Andy Lau, Liu Huan dan Emil Chau, menyanyikan lagu perpisahan "Hard to Say Goodbye" pada upacara penutupan Olimpiade musim panas tahun 2008 di Beijing, Cina.
Kehidupan awal
Dia dilahirkan pada tahun 1954 di Danyung,Victoria Peak, Hong Kong, dengan nama Chan Kong Sang (yang artinya "dilahirkan di Hong Kong") anak dari Charles dan Lee-Lee Chan, pengungsi dari masa Perang Saudara Cina. Nama julukannya adalah Pao Pao (bahasa Tionghoa: 炮炮, yang secara literal berarti "peluru meriam") karena dia selalu berguling-guling ketika masih bayi.Orang tuanya bekerja padaKedutaan Perancis untuk Hong Kong, sehingga otomatis ia menghabiskan masa kecilnya di lingkungan kediaman kedutaan di daerah distrik Victoria Peak
Chan bersekolah di Nah-Hwa Primary School di daratan Hong Kong, namun sayang, dia tidak lulus sehingga orang tuanya mengeluarkannya dari sekolah. Pada tahun 1960, ayahnya beremigrasi ke Canberra, Australia dan bekerja sebagai kepala juru masak untuk kedutaan Amerika, dan Chan disekolahkan ke Chinese Drama Academy, sebuah Sekolah Opera Peking yang dimiliki dan dijalankan oleh Master Yu Jim Yuen. Selama bersekolah disana, ia banyak mendapatkan pelajaran berharga dan memiliki keahlian di bidang seni bela diri kung fu dan akrobatik. Beberapa kali dia pernah ikut dalam kelompok Seven Little Fortunes, sebuah kelompok penampil yang diambil dari murid-murid terbaik dari sekolah tersebut, dan mendapatkan nama panggung Yuen Lo atas pencapainnya yang tertinggi. Dalam waktu itulah dia berteman dekat dengan Sammo Hung dan Yuen Biao, dimana tiga serangkai ini kemudian terkenal dengan nama julukan Tiga Bersaudara atau Tiga Naga. Ketika masih berumur 8 tahun, dia pernah tampil dengan kelompoknya dari "Little Fortunes", dalam film Big and Little Wong Tin Bar (1962), dengan Li Li Hua berakting sebagai ibunya. Ia muncul lagi dengan Li pada tahun berikutnya, dalam kisah The Love Eterne (1963) dan mendapatkan peran kecil di film King Hu' 1966, Come Drink with Me. Di tahun 1971, sesudah tampil lagi dalam film layar lebar dari King Hu yang berjudul, A Touch of Zen, dia mulai berkarier sebagai orang dewasa di dunia industri perfilman, dengan menandatangani kontrak dengan perusahaan Chu Mu's Great Earth Film. Di umurnya yang menginjak 17 tahun, ia bekerja sebagai peran pengganti dalam film-film Bruce Lee berjudul Fist of Fury dan Enter the Dragon dengan nama panggung Chen Yuen Long. Ia mendapatkan peran utamanya di tahun yang sama dalam sebuah film berjudul Little Tiger of Canton, yang hanya diedarkan secara terbatas di Hong Kong pada tahun 1973. Karena menemui beberapa kali kegagalan dalam petualangan di industri perfilman dalam awal-awal kariernya dan kesulitan mendapatkan peran pengganti, dia akhirnya turut beremigrasi ke Canberra, Australia di tahun 1976, dimana ia pernah menimba ilmu di Dickson College dan bekerja sebagai pekerja bangunan. Teman pekerja bangunannya yang bernama Jack menjadi pengawasnya, sehingga lambat laun ia mendapatkan nama julukan sebagai "Little Jack" (si Jack kecil) yang nantinya dipendekkan menjadi "Jackie", yang pada akhirnya nama "Jackie Chan" melekat padanya sejak itu. Selain itu, ia merubah nama Cinanya menjadi Fong Si Lung, karena nama keluarganya adalah Fong.
Karier film
Film yang dibuat pada tahun 1978, Drunken Master yang membawa ketenaran baginya.
Awal-awal tahun: 1976–1980
Pada tahun 1976, Jackie Chan menerima sebuah telegram dari Willie Chan, seorang produser film di dunia industri perfilman Hong Kong yang amat terkesan dengan aksi-aksi stuntnya. Willie Chan menawarkan sebuah peran dalam sebuah film arahan Lo Wei. Lo pernah melihat aksi-aksinya dalam film arahan John Woo Hand of Death (1976) dan sudah merencanakannya untuk menjadi penerus Bruce Lee dengan film New Fist of Fury. Nama panggungnya diganti menjadi Sing Lung (Chinese: 成龍, secara literal berarti "menjadi naga") untuk menonjolkan kemiripannya dengan Bruce Lee, yang memiliki nama panggung Lei Siu Lung (Chinese: 李小龍, yang berarti "Naga Kecil"). Namun sayangnya film tersebut tidak mendulang keberhasilan karena Chan memiliki gaya yang sedikit berbeda dengan seni bela diri kung fu Bruce Lee. Walaupun mengalami kegagalan, Lo Wei tetap membuat film dengan tema-tema yang hampir mirip, namun hanya mengangkatnya sedikit dalam urutan film-film terlaris.
Debut Chan yang membuatnya terkenal adalah sebuah film buatan tahun 1978, Snake in the Eagle's Shadow. Di bawah arahan Yuen Woo Ping, Chan mendapatkan kebebasan untuk melakukan berbagai aksi seni bela diri sesukanya. Film tersebut dikategorikan sebagai film kung fu komedi, dan terbukti menjadi karya terbaik untuk para penonton dari Hong Kong. Chan kemudian beraksi dalam peran berikutnya dalam film Drunken Master, yang membawanya ke puncak ketenaran. Ketika Chan kembali ke studio milik Lo Wei, Lo mencoba meniru ulang pendekatan komedi dari film terdahulunya, Drunken Master, sehingga menghasilkan film dengan judul Half a Loaf of Kung Fu dan Spiritual Kung Fu. Dia juga memberikan kesempatan pada Chan untuk membantu penyutradaraan dari Fearless Hyena dengan Kenneth Tsang. Ketika Willie Chan keluar dari perusahaan, ia menyarankan Jackie untuk memutuskan sendiri untuk tetap bersama Lo Wei atau tidak. Selama kurun waktu pengambilan gambar Fearless Hyena Part II, Chan memutuskan kontraknya di tengah jalan dan memilih untuk bergabung dengan Golden Harvest, yang mengakibatkan Lo memeras Chan mempergunakan jasa triad, dan menyalahkan Willie karena bintang utamanya telah meninggalkan mereka. Perselisihan di antara mereka berakhir dengan bantuan dari rekan aktor dan sutradara, Jimmy Wang Yu, yang memperbolehkan Chan untuk tetap bersama dengan Golden Harvest.[16]
Dalam tipe film komedi : 1980–1987
Film Police Story, atau yang julukannya "Glass Story" atas karya stunt-nya, dibuat dalam masamasa modern.
Willie Chan akhirnya menjadi "personal manager" dari Jackie dan menjadikannya sebagai teman sejatinya selama tidak kurang dari 30 tahun. Ia telah berjasa mengorbitkan Chan dalam karier internasionalnya, dengan terjun langsung kedalam dunia industri perfilman Amerika pada tahun 1980an.
Film Hollywood pertamanya adalah Battle Creek Brawl yang diedarkan pada tahun 1980. Chan kemudian mendapatkan peran kecil dalam sebuah film produksi tahun 1981, The Cannonball Run, yang menghasilkan pendapatan kotor sebesar US$100 juta secara keseluruhan di seluruh penjuru dunia. Walaupun tidak begitu diperhitungkan oleh khalayak ramai atas pemasangan aktor Amerika seperti Burt Reynolds, Chan terkenal dengan tampilan closing credit titlenya, yang memberinya inspirasi untuk melakukan hal yang sama dalam film-film berikutnya. Sesudah kegagalan secara komersil atas filmnya, The Protector di tahun 1985, Chan beristirahat untuk sementara waktu dalam usahanya menembus pasar Amerika, dan mengembalikan fokusnya pada film Hong Kong. Kembali ke Hong Kong, film Chan mulai mendapatkan pengakuan dari khalayak ramai, khususnya kawasan Asia Tenggara, dengan sukses pembuka di pasar Jepang termasuk The Young Master (1980) dan Dragon Lord (1982). Chan membuat beberapa film komedi dengan teman main operanya Sammo Hung dan Yuen Biao. Untuk pertama kalinya mereka bermain bersama dalam sebuah film buatan tahun 1983, Project A, dan mendapat penghargaan Best Action Design Award pada Hong Kong Film Awards dalam acara tahunannya yang ketiga. Selama lebih dari dua tahun, "Tiga Bersaudara" tampil beberapa kali dalam film-film Wheels on Meals dan film trilogi Lucky Stars. Di tahun 1985, Chan membuat film pertama dari Police Story, sebuah film aksi komedi yang dipengaruhi oleh Amerika, dimana Chan memainkan sendiri peran-peran stuntnya. Film ini mendapatkan gelar sebagai "Best Movie" dalam Hong Kong Film Awards di tahun 1986. Kemudian di tahun 1987, Chan bermain sebagai "Asian Hawk", sebuah karakter yang mirip dengan karakter dari Indiana Jones, dalam film Armour of God. Film ini adalah film yang memberikan pemasukan dalam negeri terbesar dari Chan selama ini, dengan pendapatan kotor sekitar HK $ (Hong Kong Dollar) 35 juta.
Film lanjutan dan penetrasinya ke Hollywood: 1988–1998
Chan dalam filmnya yang mampu menembus dominasi film-film Amerika melalui film Rumblein the Bronx.
Di tahun 1988 Chan mendapatkan peran bersama dengan Hung dan Yuen, dalam film Dragons Forever. Hung menjadi sutradara bersama-sama dengan Corey Yuen, dan yang mendapatkan peran sebagai penjahat adalah Yuen Wah, dimana mereka sama-sama lulusan dari China Drama Academy.
Di akhir tahun 1980an dan awal-awal tahun 1990an, Chan mendapatkan peran yang cukup berhasil mulai dari Police Story 2, yang memenangkan penghargaan untuk Best Action Choreography di tahun 1989 dalam acara Hong Kong Film Awards. Yang kemudian diikuti dengan kesuksesan Armour of God II: Operation Condor, dan Police Story 3, dimana Chan memenangkan penghargaan sebagai Best Actor Award di tahun 1993 dalam acara Golden Horse Film Festival. Tahun 1994, Chan mengulang kembali perannya sebagai Wong Fei Hung dalam Drunken Master II, yang terdaftar dalam Time Magazine's sebagai 100 film yang diingat sepanjang masa. Film kelanjutannya, Police Story 4: First Strike, memberikannya banyak penghargaan dan menyumbangkan keberhasilan di domestik untuk Chan, tetapi tidak untuk pasar internasionalnya[ Jackie Chan memulai lagi usahanya untuk memenuhi ambisinya untuk menaklukkan dunia industri perfilman di Hollywood pada tahun 1990-an, tetapi dia tidak mau menerima peran sebagai penjahat dalam film-film Hollywood untuk menghindari mendapatkan peran yang sama di masa-masa yang akan datang. Sebagai contoh, Sylvester Stallone menawarkan kepadanya peran sebagai Simon Phoenix, seorang penjahat kambuhan dalam film bertema kejahatan futuristik, Demolition Man, hingga akhirnya peran tersebut jatuh ke tangan Wesley Snipes.
Chan akhirnya berhasil menapakkan kakinya di pasar Amerika Utara pada tahun 1995 dengan diedarkannya film untuk kalangan internasional berjudul Rumble in the Bronx, yang selanjutnya membuka jalannya untuk masuk dan menguasai pasar Amerika Serikat, dimana hal ini sangat jarang didapatkan oleh sineas-sineas dari Hong Kong. Kesuksesan Rumble in the Bronx mendorong diedarkannya film lainnya di tahun 1996, Police Story 3 di Amerika Serikat, dengan judul Supercop, yang menghasilkan pendapatan kotor tidak kurang dari US $ 16,270,600Jackie berbagi peran utama bersama dengan Chris Tucker dalam film laga komedi terbitan tahun 1998, Rush Hour, dan mengalirkan pendapatan tak kurang dar US$130 juta hanya di Amerika Serikat saja.
Dramatisasi: 1998 – sekarang
Jackie Chan berperan sebagai penjahat untuk pertama kalinya dalam film berjudul Rob-B-Hood:Seorang pencuri yang memiliki masalah dengan perjudian.
Pada tahun 1998, Chan mengedarkan film terakhirnya dibawah bendera Golden Harvest, Who Am I?. Setelah tidak bekerjasama lagi dengan Golden Harvest di tahun 1999, ia menyutradari Gorgeous, sebuah film komedi romantik yang berkonsetrasi pada hubungan personal. Chan kemudian membantu dalam pembuatan sebuah permainan anak-anak PlayStation di tahun 2000 yang dinamakan Jackie Chan Stuntmaster, dimana ia menampilkan suara dan aksi-aksi seni bela dirinya kedalam permainan tersebut. Sejak tahun itu pula, Chan juga tampil dalam serial film kartun animasi, Jackie Chan Adventures, yang berjalan hingga tahun 2005. Walaupun beberapa filmnya mendapatkan kesuksesan seperti Shanghai Noon di tahun 2000, Rush Hour 2 di tahun 2001 dan Shanghai Knights pada tahun 2003, Chan menjadi frustasi dengan Hollywood atas kesulitannya dalam mengontrol pembuatan atas film-filmnya. ebagai tindak lanjut atas pengunduran diri Golden Harvest dari dunia industri perfilman di tahun 2003, Chan mulai mendirikan perusahaan perfilmannya sendiri, JCE Movies Limited (Jackie Chan Emperor Movies Limited) yang berasosiasi dengan Emperor Multimedia Group (EMG). Sejak saat itu film-filmnya memunculkan banyak aspek-aspek dramatis namun tetap menduduki kesuksesan sebagai film-film terlaris, seperti New Police Story (2004), The Myth (2005) dan Rob-B-Hood (2006).
Film berikut dari Chan adalah Rush Hour 3 yang diedarkan pada bulan Agustus, 2007. Film tersebut memasukkan pendapatan kotor sekitar US$ 140 juta - US$ 100 juta lebih sedikit dibandingkan film keduanya, namun hampir sama dengan pemasukan yang diterima dari film pertamanya.Namun sayangnya film tersebut memberikan pemasukan yang cukup jelek di tanah airnya , Hong Kong, dimana film tersebut hanya memberikan pemasukan kotor sebesar HK$ 3.5 juta saja dalam pemutarannya di penghujung minggu. Dalam pembuatan film The Forbidden Kingdom, untuk pertama kalinya Chan berkolaborasi dengan teman aktornya Chinese, Jet Li, yang berhasil diselesaikan pada 24 Agustus 2007 dan diedarkan pada bulan April 2008.[37][38] Chan mengisi suara dari tokoh Master Monkey dalam film buatan DreamWorks Animation, Kung Fu Panda, yang diedarkan pada bulan June 2008, dimana dalam film tersebut juga menampilkan beberapa bintang terkenal lainnya seperti Jack Black, Dustin Hoffman dan Angelina Jolie. Selain itu, ia juga sudah menandatangani kontrak untuk membantu Anthony Szeto dalam kapasitasnya sebagai penasihat untuk penulis naskah dari film yang akan datang berjudul Wushu, yang saat ini masih dalam taraf pre-production. Film tersebut akan menampilkan aktor terkenal Sammo Hung dan Wang Wenjie sebagai ayah dan anak. Pada bulan November 2007, Chan mulai melakukan pengambilan gambar untuk pembuatan film Shinjuku Incident dengan sutradara Derek Yee, di mana Chan akan berperan sebagai imigran Tionghoa di Jepang Sekarang pengambilan gambarnya telah selesai dan memasuki tahap pasca-produksi. Film ini diedarkan di bioskop-bioskop Hong Kong pada 25 September 2008 Dari data yang ada di blog miliknya , Chan berkeinginan untuk menyutradarai film lainnya setelah menyelesaikan Shinjuku Incident, sesuatu yang sudah lama tidak dilakukannya dalam beberapa tahun belakangan ini. Film diharapkan kelanjutan ketiga dari serial the Armour of God, dan dinamakan Armour of God III: Chinese Zodiac. Chan menyatakan bahwa ia ingin mulai melakukan pengambilan gambar sejak 1 April 2008, namun target tersebut sudah terlampaui. Jikalau the Screen Actors Guild tidak mengalami pemogokan, seharusnya Chan sudah mulai melakukan pengambilan gambar untuk film The Spy Next Door pada pertengahan Oktober, dan membuat status dari Armour of God III: Chinese Zodiac mengambang. Dalam film The Spy Next Door, Chan berperan sebagai agen rahasia yang sedang melakukan penyamaran namun terbongkar ketika ia merawat anak-anak tetangganya.
Stunt
New Police Story.
Jackie Chan hampir selalu melakukan sendiri peran-peran berbahaya di semua film-filmnya tanpa adanya peran pengganti, dimana aksi-aksi tersebut dirancang oleh timnya, Jackie Chan Stunt Team. Karena tim ini sudah dibentuk sejak tahun 1983, Chan selalu mempergunakan mereka dalam semua film-filmnya sehingga memudahkan dalam pengaturan koreografinya, karena dia sudah mengenal dengan baik kemampuan dari masing-masing anggota timnya. Chan dan timnyalah yang menjadi peran pengganti dari tokoh-tokoh lainnya, dimana pengambilan gambarnya dibuat sedemikian rupa sehingga tidak langsung mengambil gambar bagian muka. Bahaya atas pilihan Chan untuk melakukan semua adegan berbahaya dalam film-filmnya menjadikan sulit untuk mendapatkan asuransi untuk dirinya, khususnya di Amerika Serikat, dimana secara kontrak, aksinya akan dibatasi. Chan juga menjadi salah satu pemegang Guinness World Record untuk "Most Stunts By A Living Actor", yang artinya "tidak ada perusahaan asuransi akan mendukung produksi film Chan, karena ia melakukan sendiri aksi-aksi berbahaya itu".Selain itu, ia juga memegang rekor untuk pengambilan gambar terbanyak dalam sebuah adegan, dimana pernah dilakukan pengambilan gambar kembali sebanyak 2900 kali untuk suatu adegan yang cukup rumit dalam sebuah pertandingan badminton di film Dragon Lord. Chan telah mengalami luka berkali-kali dalam melakukan pengambilan adegan berbahaya itu; dimana potongan-potongan adegan itu ditampilkan dalam adegan penutup dari semua film-filmnya. Ia hampir saja menemui ajalnya dalam pengambilan gambar dari film Armour of God, ketika ia jatuh dari sebuah pohon dan mematahkan tulang-tulangnya, dan mengakibatkan lubang tetap di kepalanya. Selama bertahun-tahun pula, Chan pernah mengalami memar pada pelvisnya dan mematahkan jemari tangannya, kaki, hidung, kedua tulang belakangnya, pinggang, sternum, leher dan ribs dalam beberapa kejadian.
Filmografi
Jackie Chan menciptakan karakternya di film sebagai perwujudan dari tokoh Bruce Lee, dan beberapa tiruannya yang tampil sebelum dan sesudah wafatnya Lee. Berlawanan dengan karakter Lee, yang seringkali stern, tokoh pahlawan, Chan menampilkan tokoh yang lebih manusiawi, terkadang ceroboh (dan seringkali berlindung dibalik kebaikan teman-temannya, teman wanita ataupun keluarganya). Walaupun film serial Rush Hour mencapai kesuksesan, namun Chan tidak begitu menyukainya karena dia tidak begitu suka dengan aksi-aksi laganya maupun memahami humor khas Amerika. Dalam tahun-tahun terakhir, Chan yang mulai berumur, mulai lelah berperan sebagai pahlawan dan lebih menampilkan sisi emosionalnya sebagai manusia yang terlihat dalam film-film terakhirnya Di filmnya yang terbaru New Police Story, ia memainkan peran sebagai seseorang yang berhasil terlepas dari ketergantungannya pada minuman beralkohol dan penyesalannya atas kematian rekan kerjanya Untuk lebih memudarkan perannya sebagai tokoh pahlawan, Mr. Nice Guy, Chan bermain sebagai tokoh jahat untuk pertama kalinya dalam film Rob-B-Hood sebagai Thongs, seorang penjudi yang memiliki permasalahan dengan perjudian.
Status keartisannya
Jackie Chan mendapatkan banyak penghargaan internasional untuk seni perannya, juga memenangkan beberapa penghargaan termasuk sebagai Innovator Award dari American Choreography Awards dan sebuah penghargaan atas pencapaiannya seumur hidup dari Taurus World Stunt Awards.[56] Selain itu namanya juga tertoreh dalam Hollywood Walk of Fame dan Hong Kong Avenue of Stars.[57] Walaupun banyak menuai kesuksesan sebagai film-film box office di Hollywood, film-film Amerika dari Chan juga mendapatkan kritikan atas aksi koreografinya. Para penilai dari Rush Hour 2, The Tuxedo, dan Shanghai Knights mengkritik atas sedikit aksi laganya dibandingkan dengan film-filmnya terdahulu. Berbagai aksi komedinya banyak dipertanyakan, bahkan beberapa kritikus menyebutnya sebagai agak kekanak-kanakan. Chan adalah ikon kebudayaan, disebut-sebut dalam lagu Ash "Kung Fu" dan juga sebagai "Jackie Chan" oleh Frank Chickens, dan acara-acara televisi Celebrity Deathmatch dan Family Guy. Ia juga menjadi inspirasi untuk manga seperti Dragon Ball (termasuk seorang tokoh dengan nama samaran "Jackie Chun"),koh Lei Wulong dalam Tekken dan gaya-gaya pertarungan dari Pokémon Hitmonchan Selain itu, Jackie Chan juga menjadi rekan dari Mitsubishi Motors. Sebagai imbalannya, mobil-mobil lansiran Mitsubishi hampir pasti dapat ditemukan dalam beberapa film terakhirnya. Sebagai penghargaan dari pihak Mitsubishi, mereka memberikannya sebuah seri terbaru yang dinamakan Evolution, sebuah mobil edisi khusus yang dapat diatur asesorisnya sesuai kehendak masing-masing pembeli. Beberapa permainan video menampilkan Jackie Chan. Sebelum ada permainan video Stuntmaster, Chan sudah memiliki bentuk permainan miliknya sendiri, Jackie Chan's Action Kung Fu, yang diedarkan pada tahun 1990 untuk PC dan NES. Di tahun 1995, Chan tampil dalam suatu permainan pertarungan arkade, Jackie Chan The Kung-Fu Master. Selain itu juga pernah diedarkan berbagai bentuk permainan Jackie Chan dari Jepang yang diedarkan di MSX oleh Pony, yang didasarkan pada film-filmnya seperti (Project A, Project A 2, Police Story, The Protector dan Wheels On Meals). Jackie Chan juga seorang penyanyi yang sukses, khususnya di Hong Kong dan Asia, dan mulai memiliki beberapa album lagu yang direkam secara profesional di tahun 1980-an. Ia juga seringkali menyanyikan sendiri lagu tema dari film-filmnya, serta memainkannya pada akhir film. Tahun 2004, Chan meluncurkan merk pakaiannya sendiri, dengan logo seekor naga dan kata-kata dalam Bahasa Inggris, "Jackie".Chan juga selalu ingin menjadi suatu panutan untuk anak-anak, dan tetap dikenal mereka karena aktingnya yang sangat alami. Selian itu karena dia selalu menolak untuk berperan sebagai penjahat dan tidak pernah mempergunakan kata fuck dalam semua film-filmnya. Yang amat disesali sepanjang hidupnya adalah tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang baik, menginspirasinya untuk mendanai institusi-institusi pendidikan di seluruh dunia. Ia juag mendanai pembangunan Jackie Chan Science Centre di Australian National University dan penyediaan sekolah untuk kalangan tidak berpunya di Cina.
Chan dengan tokoh-tokoh Disney terkenal, dalam upacara pembukaan situs Hong Kong Disneyland
Chan adalah juru bicara dari Pemerintah Hong Kong, dan sering tampil dalam pengumuman pelayanan publik. Dalam sebuah iklan bertema Clean Hong Kong, ia mendorong penduduk Hong Kong untuk tidak lagi menyampah, suatu masalah yang sudah menjadi masalah semua penduduk bumi selama berabad-abad. Selain itu dalam suatu iklan yang mengkampanyekan nasionalisme, ia menjelaskan secara singkat apa yang aerti dari March of the Volunteers, lagu kebangsaan People's Republic of China. Ketika Hong Kong Disneyland dibuka pada tahun 2005, Chan turut berpartisipasi dalam upacara pembukaannya. Di Amerika Serikat, Chan tampil bersama-sama dengan Arnold Schwarzenegger dalam iklan yang menentang pembajakan serta membuat pengumuman untuk khalayak umum bekerja sama dengan Los Angeles County Sheriff Lee Baca untuk berbondong-bondong, khususnya warga Asia, untuk bergabung dengan Los Angeles County Sheriff's Department. Juli 2008, serial televisi China BTV yang berjudul The Disciple (Hanzi tradisional: 龍的傳人; bahasa Tionghoa: 龙的传人) berakhir. Serial tersebut dibuat oleh , dan menampilkan Jackie Chan. Tujuannya adalah mencari calon bintang baru, memiliki keahlian dalam dunia seni bela diri, yang nantinya akan menjadi generasi penerus dari Chan serta menjadi muridnya dalam pembuatan suatu film. Para peserta lomba sudah dilatih terlebih dahulu oleh Jackie Chan Stunt Team members Alan Wu dan He Jun serta memiliki keahlian dalam berbagai bidang lainnya, termasuk didalamnya pemutaran adegan ledakan, berjalan di kawat tinggi, tembak-tembakan, stunt mobil, menyelam, dan menghindari beberapa rintangan.
Salah satu juri tetapnya adalah He Ping, Wu Yue dan Cheng Pei Pei. Sedangkan juri tamunya termasuk Stanley Tong, Sammo Hung dand Yuen Biao. Bagian "Final" dimulai pada 5 April 2008, dengan 16 peserta tersisa, dan berakhir pada 26 Juni 2008. Acara ini dihadiri oleh antara lain Tsui Hark, John Woo, Ng See Yuen dan Yu Rong Guang.
Pemenangnya adalah Jacky Tu (Tu Sheng Cheng), dan juara keduanya adalah Yang Zheng dan Jerry Liau. Tu sekarang sedang dipersiapkan untuk berperan dalam tiga film laga Cina masa kini, dimana salah satu naskahnya ditulisnya sendiri, dan mereka akan disutradarai oleh Chan dan perusahaannya, JCE Movies Limited. Film tersebut akan diberi judul Speedpost 206, Won't Tell You dan Tropical Toranado yang akan disutradarai oleh Xie Dong, Jiang Tao dan Cai Rong Hui. Ke-enam belas peserta yang berhasil mencapai tangga sebagai finalis akan diberikan kesempatan untuk tampil, atau bergabung dengan Jackie Chan Stunt Team. Pengambilan gambar filmnya yang pertama direncakan pada September 2008. Mereka juga akan mendapatkan peran dalam acara televisi BTV action series. [81][82][83] Saat ini pembangunan museum untuk Jackie Chan sedang dikerjakan di Shanghai. Pekerjaan beratnya sudah mulai dikerjakan sejak Jul 2008 dan direncanakan selesai pada Oktober 2009.
Filantropi
Chan adalah seorang filantropis yang sangat ramah dan seorang duta dari UNICEF Goodwill Ambassador, telah bekerja tanpa mengenal lelah untuk mengkampanyekan pekerjaan-pekerjaan sosial. Ia juga sudah mengkampanyekan etika konservasi, melawan penganiayaan binatang dan menggalang dana untuk para korban banjir di Cina Daratan dan dalam gempa bumi Samudra Hindia 2004. Menginjak bulan Juni 2006, dia mengumumkan bahwa hampir 50 persen aset perusahaannya akan disumbangkan ke yayasan sosial ketika dia meninggal, yang dipicu atas kekagumannya akan tokoh-tokoh Warren Buffett dan Bill Gates untuk membantu mereka yang membutuhkannya. Tanggal 10 Maret 2008, Chan menjadi tokoh tamu dalam suatu peluncuran yang dipimpin oleh Perdana Mentri Australia, Kevin Rudd, atas sebuah Jackie Chan Science Centre di John Curtin School of Medical Research, Universitas Nasional Australia di Canberra. Jackie Chan juga mendukung usaha-usaha untuk pelestarian Selamatkan Harimau Cina yang bertujuan mencegah pemusnahan Harimau Cina yang teramat jarang ditemui, Harimau Cina Selatan, melalui pendidikan yang mengajarkannya untuk memunculkan jiwa binatangnya dan melepaskannya kembali ke alam bebas. Ia juga pernah menjadi duta besar untuk proyek konvesional ini. Sesudah terjadinya gempa bumi Sichuan 2008, Chan menyumbangkan ¥10 juta untuk membantu mereka-mereka yang membutuhkan. Selain itu ia juga merencanakan untuk membuat film tentang gempa bumi China untuk menjaring sumbangan bagi mereka yang selamat. Chan mengalami kecanggungan dalam kunjungan pertamanya ke Taipei, Taiwan pada 18 Juni 2008 karena dia dituduh oleh president Taiwan dalam pemilihan umum di tahun 2004. "I didn't know what to say, I didn't know what clothes to wear. So in the end, I just decided to be natural." Banyak warga Taiwan menyambutnya dengan ejekan: "Kami tidak menerimamu!" dan "Get Out!" di Taoyuan International Airport. Walaupun begitu Chan tidak pernah meminta maaf. Ia akan menghadiri acara pengumpulan dana amal untuk anak-anak, "Baby is Our Hope" yang diadakan oleh salah satu saluran TV kabel TVBS. Wakil dari pemerintah, Vanessa Shih meminta warga Taiwan untuk tetap tenang. Ada beberapa selebritis di indonesia yang berkiblat ke jackie chan dari mulai Willy dozan, ,marcelino lefrand,darius sinatria,ringgo agus rahman dan Ryan bachtiar.
Kehidupan pribadi
Tahun 1982, Jackie Chan menikahi Lin Feng-Jiao, seorang aktris Taiwan. Dalam tahun yang sama mereka mendapatkan seorang anak laki-laki, penyanyi dan aktor, Jaycee Chan. "Dalam sebuah skandal di tahun 1999, ia mengakui memiliki seorang anak perempuan dengan pemenang Miss Asia Pageant 1990, Elaine Ng," walaupun paparazzi juga sering menghubung-hubungkannya dengan "semua orang dari para penyanyi wanita Taiwan Teresa Teng sampai aktris terkenal Anita Mui."
Bruce Lee Sang Legendaris Kungfu
Bruce Lee dikenal sebagai aktor aktion legendaris China yang populer dengan film-film silatnya. Meski demikian Lee terlahir di San Francisco, California, Amerika Serikat, 27 November 1940 dan besar di Hongkong.
Selain sebagai aktor, Lee juga seorang produser film, yang memproduksi film-film Hongkong, di samping terkenal juga sebagai seorang master kung fu dan penulis buku.
Pria yang juga memiliki nama Li Xiao Long ini, mengeluti dunia akting sejak usia balita, di mana ayahnya yang juga pemain opera sering mengajak dirinya bermain di pangung. Hingga akhirnya pada usia 18 tahun, ia telah membintangi 20 film. Dimana film-film terkenal yang dibintanginya di antaranya WAY OF THE DRAGON, ENTER THE DRAGON, FIST OF FURY, THE GREEN HORNET, dan lain-lain.
Tidak hanya film yang menjadi karya Lee, aktor yang menempuh ilmu filsafat selama kuliah itu juga seorang penulis buku. Buku-buku karyanya berjudul Chinese Gung-Fu: The Philosophical Art of Self Defense (Bruce Lee's first book) dan The Tao of Jeet Kune Do (Published posthumously). Selain juga menciptakan sebuah seni bela diri yang ia diberi nama Jeet Kune Do, yang dipadukan dari ilmu bela diri, fisika dan ajaran tao yang selama ini dipelajarinya.
Lee yang pernah masuk dalam 100 Most Important People of the Century versi majalah TIME itu berakhir dengan kematiannya yang masih penuh dengan tanda tanya. Suami Linda Lee itu meninggal di Hong Kong, saat dalam penyiapan film GAME OF DEATH.
Prediksi kematiannya pun bermacam, mulai dari penyakit yang tidak terdeksi sebelumnya hingga kemungkinan obat-obatan yang dikonsumsinya. Namun demikian, ia sebelumnya mengkonsumsi Analgesic (obat penghilang nyeri) yang diberikan koleganya bernama, Betty Ting Pei, di mana dirinya sebenarnya alergi terhadap obat tersebut.
Sumber : Kapan Lagi.com
Jet Li Aktor Hongkong Terkenal
Jet Li (lahir di Beijing, Cina, 26 April 1963; umur 46 tahun) merupakan seorang aktor berkewarganegaraan Amerika Serikat kelahiran Beijing, RRC yang hobinya bermain wushu. Dia dilahirkan di Beijing. Dia mulai berkarir di dunia film sejak tahun 1982.
Jet Li, Rekor Aktor Termahal
Bintang film action China Jet Li mendapat bayaran CYN 100 juta (sekitar Rp121, 8 miliar) untuk bermain dalam film baru berjudul The Warlords. Angka fantastis itu sekaligus mengantarkan dia sebagai pemecah rekor aktor termahal film berbahasa Mandarin yang sebelumnya dipegang sendiri lewat Hero. Hampir separo di antara dana sebesar 40 juta dolar AS (sekitar Rp374,8 miliar) yang diinvestasikan di film The Warlords dikeluarkan untuk membayar pemain-pemain terkenal.
Selain Li, film tersebut memasang idola Hongkong, yakni Andy Lau dan Takeshi Kaneshiro. ”Tanpa Jet Li, kami tak berani berinvestasi untuk film berbahasa Mandarin sampai 40 juta dolar AS,” kata sutradara Peter Chan kepada kantor berita Xinhua. Chan menganggap kehadiran Li sebagai jaminan sukses sebuah film secara global. Bermain di Hero, Li mendapat gaji CNY 70 juta (sekitar Rp88,6 miliar). Nama Li, 44, dikenal di sejumlah film, termasuk Romeo Must Die dan Lethal Weapon 4.
The Warlords merupakan epik perang di zaman Dinasti Qing. Film itu akan diluncurkan di bioskop-bioskop Asia pada pertengahan Desember, sedangkan di Amerika Utara pada Maret 2008.
Bintang laga China, Jet Li, merayakan keberhasilannya, Senin, 14/4-2008, setelah terpilih sebagai aktor terbaik pada penghargaan film Hongkong lewat aktingnya dalam film drama “The Warlords”, sebuah penampilan di luar kebiasaannya yang sering membintangi film silat.
Li menyisihkan bintang pujaan Hongkong, Andy Lau, dalam perebutan penghargaan utama tersebut, yang diserahkan dalam acara yang berlangsung meriah dan serba gemerlap Minggu malam, 13/4.
“Jika saya tak banyak membuat film kung fu, barangkali saya telah memenangi penghargaan aktor terbaik pada 20 tahun silam,” ujar Li, yang juga dikenal berkat permainannya dalam film “Fearless” dan “Cradle 2 The Grave” itu. “The Warlords” yang mengambil latar belakang suasana perang pada abad 19 di China dan dengan pemain semua bintang terkenal, juga memborong delapan penghargaan pada malam itu, termasuk film terbaik dan sutradara terbaik untuk Peter Chan.
Film ini bercerita seputar tiga pendekar pedang bersaudara yang terpaksa saling berhadapan dalam Pemberontakan Taiping pada akhir pemerintahan Dinasti Qing. Li juga menyampaikan permintaan maaf kepada Andy Lau, karena telah memenangi gelar aktor terbaik. Lau mendapat unggulan dalam dua kategori penting dan juga tampil dalam “The Warlords”. “Saya minta maaf. Saya mengkhianati anda,” katanya. Bintang kawakan Hongkong itu menyabet penghargaan aktor pendukung terbaik lewat penampilannya dalam film kejahatan “Protege”, yang juga meraih penghargaan film editing terbaik.
Bekas koloni Inggris itu menikmati warisan film yang kaya pada dasawarsa 1970-an, namun dalam beberapa tahun terakhir pamornya terus meredup, seiring dengan kian merosotnya penerimaan dari box office. Namun demikian, para bintangnya masih memiliki popularitas yang besar dan daya tarik yang tinggi di seluruh Asia
Aktor Jet Li Jadi Duta Kesehatan WHO
Hong Kong, CyberNews – Badan PBB, WHO memilih aktor laga China, Jet Li sebagai duta untuk masalah kesehatan Keputusan ini disampaikan WHO, Jumat (3/4). “Jet Li diharapkan bisa memanfaatkan kepopulerannya di dunia untuk meningkatkan perhatian masyarakat tentang masalah kesehatan termasuk tanggung jawab masyarakat soal keadaan gawat darurat dan kesehatan mental,” jelas WHO dalam pernyataannya. Menurut rencana, Jet Lie akan dipekernalkan sebagai duta kesehatan WHO dalam peringatan Hari Kesehatan Dunia 7 April mendatang di Beijing.
Dirjen WHO Margaret Chan mengatakan keterlibatan Jet Li dalam kegiatan sosial merupakan sesuatu yang sangat besar bagi WHO. Jet Li mendirikan One Foundation untuk membantu masyarakat yang menjadi korban bencana alam.
Yayasan ini didirikan setelah ia dan keluarganya selamat dari bencana tsunami 2004 lalu. Saat itu, aktor kelahiran Beijing ini dan keluarganya sedang berlibur di Maladewa, salah satu negara yang terkena dampak tsunami menyusul gempa besar di wilayah Aceh.
Jet Li juga dikenal sebagai sosok yang sangat memperhatikan kesehatan tubuh. “Jika kita tidak peduli dengan tubuh, kita tidak akan bisa berbuat banyak hal. Ini yang kami yakikini dan saya akan berusaha menyebarkan keyakinan ini ke seluruh dunia,” jelas Jet Li. Jet Li memang akrab dengan olahraga karena sejak usia delapan tahun telah berlatih kung fu dan menjadi juara nasional China. Ia kemudian terjun ke dunia film dan berhenti menjadi atlet kung fu
Filmografi
1982
Shaolin Temple
(少林寺 Shao Ling Si) Jueh Yuan (覺遠)
1983
Shaolin Temple 2: Kids from Shaolin
(少林小子 Shao Ling Xiao Zi) San Lung
1986
Born to Defend
Jet
Shaolin Temple 3: Martial Arts of Shaolin
(南北少林 Nan Bei Shao Lin) Zhi Ming
1988
Dragon Fight
(龍在天涯 Long Zai Tian Ya) Jimmy Lee
1989
The Master
Jet
1991
Once Upon a Time in China
(黃飛鴻 Wong Fei Hung)
Wong Fei Hung
Swordsman II
(笑傲江湖之東方不敗 Xiao Ao Jiang Hu Zhih Dong Fan Bu Bai) Ling Wu Chung
1992
Once Upon a Time in China II
(黃 飛鴻之二男兒當自强 Wong Fei Hung 2: Nan er dang zi qiang) Wong Fei Hung
1993
Tai Chi Master
(太極張三豐 Tai Ji Zhang San Feng) Junbao aka Twin Warriors (USA)
Fong Sai-yuk
(方世玉 Fong Sai Yuk) Fong Sai Yuk
aka The Legend
Fong Sai Yuk II
Fong Sai Yuk
aka The Legend 2
The Evil Cult
(倚天屠龍記之魔教教主 Yi tian tu long ji zhi mo jiao jiao zhu) Chang Mo Kei aka The Kung Fu Cult Master
aka Lord Of The Wu Tang
aka Kung Fu Master
Last Hero in China
(黃飛鴻之鐵雞斗蜈蚣 Wong Fei-Hung zhih tieh ji dou wu gong) Wong Fei Hung
aka Claws of Steel
aka Deadly China Hero
Once Upon a Time in China III
Wong Fei Hung
1994
The Defender Allan Hui Ching-yeung/John Chang aka The Bodyguard from Beijing
aka Zhong Nan Hai bao biao
Fist of Legend
(精武英雄 Jing Wu Ying Xiong) Chen Zhen
Legend of the Red Dragon
(洪熙官之少林五祖 Hong Xi Guan Zhih Shaolin Wu Zu) Hung Hei-Kwun
1995
Meltdown
(鼠 胆龍威) Kit Li aka High Risk
My Father is a Hero
(給爸爸的信 Gei Baba De Sing) Kung Wei aka The Enforcer
aka Letter to Daddy
1996
Black Mask
(黑俠 Hei Shia) Michael/Simon/Tsui Chik/Black Mask released 1999 in US
Dr. Wai and the Scripture Without Words
(冒險王 Mao Xian Wong) Chow Si-Kit aka Adventure King
aka The Scripture with No Words
1997
Once Upon a Time in China VI
(黃飛鴻之西域雄獅) Wong Fei-Hung
aka Once Upon a Time in China and America
1998
Lethal Weapon 4
Wah Sing Ku
Hitman
Fu aka The Hitman
aka The Contract Killer
2000
Romeo Must Die
Han Sing
2001
The One
Gabe Law/Gabriel Yulaw/Lawless
Kiss of the Dragon
Liu Jian
2002
Hero
(英雄) Nameless released 2004 in US
2003
Cradle 2 the Grave
Su
2005
Unleashed
Danny aka Danny the Dog
2006
Fearless
(霍元甲 Huo Yuan Jia) Huo Yuanjia
aka Legend of a Fighter
2007
The Warlords
Ma Xingyi
War
Rogue aka “Rogue Assassin” or “Rogue”
2008
The Forbidden Kingdom
(功夫 之王 Gong Fu Zhi Wong) Sun Wukong the Monkey King/Silent Monk
The Mummy: Tomb of the Dragon Emperor
Emperor Qin Shi Huang
Sumber :http://korananakindonesia.wordpress.com
Kebudayaan China
Kebudayaan Cina (bahasa Cina: 中國文化) ialah penempatan kepada salah satu tamadun tertua dan paling kompleks yang meliputi sejarah lebih 5,000 tahun. Negara China meliputi kawasan geografi besar yang penuh adat dan tradisi yang banyak berbeza antara pekan, bandar dan wilayah.
Kebudayaan Cina ialah istilah umum yang mengertikan asas kebudayaannya, juga di kalangan kawasan berbahasa Cina di luar Tanah Besar China.Isi kandungan [sorok]
1 Orang dalam budaya
1.1 Identiti
1.2 Setempat
2 Masyarakat
2.1 Struktur
2.2 Nilai-nilai
3 Bahasa
4 Mitos dan kerohanian
5 Rujukan
6 Pautan Luar
Orang dalam budaya
Rakyat jelata Dinasti Qing
Identiti
Di China wujudnya banyak kelompok etnik. Dari segi perangkaan pula, kelompok etnik yang terbesar ialah bangsa Han. dalam sejarah, banyak kelompok telah berasimilasi dengan etnik lain atau lenyap tanpa meninggalkan kesan. Pada masa yang sama, ramai dalam identiti Han telah memelihara tradisi bahasa dan budaya setempat yang berbeza-beza. Istilah Zhonghua Minzu digunakan untuk menghuraikan anggapan nasionalisme China secara am. Kebanyakan identiti kebudayaan tradisional dalam lingkungan komuniti mesti berkaitan dengan membezakan nama keluarga.
Setempat
Budaya Cina tradisional meliputi kawasan geografi yang amat luas, setiap rantau biasanya dibahagi kepada subbudaya yang berbeza-beza. Berikut adalah kelainan-kelainannya:
Kawasan lembangan Sungai Kuning termasuk Henan, Shanxi, Shaanxi, Hebei dan Shandong
Kawasan lembangan Sungai Yangtze termasuk Sichuan, Yunnan, Guizhou, Hunan, Hubei, Jiangxi, Anhui, Zhejiang dan Jiangsu.
Masyarakat
Perincian emas pada sebuah tahta digunakan oleh Maharaja Qianlong. Naga Cina adalah sebuah tanda ditempah untuk Maharaja China atau keluarga kemaharajaan pangkat tinggi sewaktu Dinasti Qing
Struktur
Sejak zaman Tiga Tokoh Murni dan Lima Maharaja, seseorang raja China pernah menjadi pemerintah terhadap segalanya. Zaman-zaman berbeza dalam sejarah menetapkan nama-nama berbeza untuk pelbagai kedudukan dalam masyarakat. secara konsepsi, setiap zaman maharaja atau feudal amat serupa, yang mana pegawai kerajaan dan tentera berpangka tinggi dalam hierarki, sementara penduduk-penduduk lain pula di bawah undang-undang China biasa.[1] Sejak akhir Dinasti Zho (1046–256 BCE), masyarakat China tradisional disusun menjadi sistem hierarki golongan socio-ekonomi yang dikenali sebagai empat pekerjaan. Bagaimanapun, sistem ini tidak meliputi semua golongan sosial sementara pembezaan antara semua golongan menjadi kabur sejak pengkomersialan masyarakat China pada Dinasti Song (960–1279 CE). Pendidikan China Kuno juga panjang sejarahnya; sejak Dinasti Sui (581–618 CE) calon-calon berpendidikan membuat persediaan untuk peperiksaan diraja yang mengerah lulusan peperiksaan ke dalam kerajaan sebagai birokrat sarjana. Kemahiran dagangan dan kraf biasanya diajar oleh sifu. Sejarawan wanita Ban Zhao mengarang Pengajaran untuk Wanita pada Dinasti Han dan menggariskan empat nilai yang harus dituruti kaum wanita, sementara sarjana-sarjana seperti Zhu Xi dan Cheng Yi turut mengembangkan nilai-nilai ini. Perkahwinan Cina dan amalan seks Tao adalah antara adat-istiadat yang dijumpai dalam masyarakat.
Nilai-nilai
Kebanyakan nilai sosial diterbitkan dari Konfusianisme dan Taoisme dengan kombinasi konservatisme. Perkara mengenai fahaman mana paling berpengaruh selalu menjadi bahan perdebatan kerana timbulnya banyak konsep seperti Neo-Konfusianisme, agama Buddha dan banyak lagi. Penjelmaan dan konsep-konsep kelahiran semula lain ialah satu peringatan akan hubungan antara hidup sebenar dan alam seterusnya.
Bahasa
Seni khat Cina yang dikarang oleh penyajak bernama Mi Fu pada Dinasti Song (1051-1108 CE)
Rencana utama: Bahasa Cina
Bahasa Cina lisan terdiri daripada sebilangan dialek Cina sepanjang sejarah. Ketika Dinasti Ming, bahasa Mandarin baku dinasionalkan. Sengguhpun begitu, barulah ketika zaman Republik China pada awal abad ke-20 apabila kelihatan apa-apa hasil yang nyata dalam memupuk satu bahasa seragam di China.
Pada zaman kuno, bahasa Cina Klasik menjadi standard penulisan selama beribu-ribu tahun, tetapi banyak terhad kepada golongan sarjana dan cendekiawana. Menjelang abad ke-20, jutaan rakyat, termasuk yang di luar kerabat diraja buta huruf[1]. Hanya selepas Gerakan 4 Mei baru bermulanya usaha beralih ke bahasa Cina Vernakular yang membolehkan rakyat biasa membaca kerana dirangka berasaskan linguistik dan fonologi bagi suatu bahasa lisan.
Mitos dan kerohanian
Luohan, salah satu tokoh kerohanian yang dikongso oleh budaya Cina dan India merentasi pelbagai mazhab agama Buddha
Rencana utama: Mitos Cina
Sebahagian besar budaya Cina berasaskan tanggapan bahawa wujudnya sebuah dunia roh. Berbagai-bagai kaedah penelahan telah membantu menjawab soalan, dan dijadikan pun alternatif kepada ubat. Budaya rakyat telah membantu mengisi kekosongan untuk segala hal yang tiada penjelasannya. Kaitan antara mitos, agama dan fenomena yang aneh memang rapat sekali. Dewa-dewi menjadi sebahagian tradisi, antara yang terpenting termasuk Guan Yin, Maharaja Jed dan Budai. Kebanyakan kisah-kisah ini telah berevolusi menjadi perayaan tradisional Cina. Konsep-konsep lain pula diperluas ke luar mitos menjadi lambang kerohanian seperti dewa pintu dan singa penjaga. Di samping yang suci, turut dipercayai yang jahat. Amalan-amalan seperti menghalau mogwai dan jiang shi dengan pedang kayu pic dalam Taoisme adalah antara konsep yang diamalkan secara turun-temurun. Upacara penilikan nasibCina masih diamalkan pada hari ini selepas bertahun-tahun mengalami perubahan.
Sumber :http://ms.wikipedia.org
Budaya China Dalam Batik Indonesia
Pengaruh budaya China pada kehidupan di bumi Nusantara telah dirasakan sejak abad ke-13 dan semakin berkembang hingga orang-orang China mulai membuat batik pada awal abad ke-19.
Pengaruh China pada zaman tersebut memengaruhi corak dan ragam motif batik yang melahirkan perpaduan karya seni batik oriental dan Nusantara yang sangat indah.
Akulturasi budaya sejak ratusan tahun lalu dan terus berkembang sampai saat ini makin terasa seiring semakin dibukanya peluang masyarakat etnis Tionghoa untuk mengekspresikan budayanya.
Orang-orang China yang saat itu mendirikan permukiman-permukiman, terutama di badar-bandar penting di Pulau Jawa, seperti Indramayu, Cirebon, Pekalongan, Lasem, dan Tuban, berbaur dengan penduduk asli.
Mereka bahkan ada yang melakukan perkawinan budaya dan melahirkan keturunan yang disebut "peranakan".
Uniknya, etnis China di Nusantara tetap membawa serta adat istiadat, agama, dan budaya tanah leluhur mereka dengan diselaraskan dengan budaya setempat.
Banyak etnis China yang akhirnya berpakaian dengan mengikuti cara berpakaian penduduk setempat. Para wanitanya mengenakan sarung batik, sedangkan prianya memakai celana dari bahan batik.
Hal itulah yang menyebabkan munculnya kreasi batik-batik dengan ragam hias yang berasal dari budaya China.
Batik China adalah jenis batik yang dibuat oleh orang-orang China atau peranakan yang pada mulanya menampilkan pola-pola dengan ragan hias satwa mitos China, seperti naga, siang, burung phoenix (burung hong), kura-kura, kilin (anjing berkepala singa), serta dewa dan dewi Konghucu.
Ada pula ragam hias yang berasal dari keramik China kuno serta ragam hias berbentuk mega dengan warna merah atau merah dan biru.
"Pada 1910-an, berkembanglah batik China yang mengandug ragam hias buketan atau bunga-bunga karena batik China mulai dipengaruhi pola batik Belanda yang pada saat itu sangat laku di pasaran," kata Asti Suryo, Asisten Manajer Kurator Museum Batik Danar Hadi Solo.
Perlengkapan keagamaan
Kepandaian orang-orang China berdagang serta keuletan dalam berusaha akhirnya membuat mereka dapat menempatkan batik sebagai mata dagangan ekspor.
"Mereka dapat dikatakan merupakan lingkungan pertama yang mengembangkan batik sebagai kebutuhan busana dan gaya berpakaian serta pola-pola batik di lingkungan mereka sehingga lahirlah apa yang disebut batik China," katanya.
Selain sebagai bahan busana, sebagian besar batik yang mereka hasilkan digunakan sebagai perlengkapan keagamaan, seperti kain altar (tok-wi) dan taplak meja (muk-li).
Sarung-sarung batik yang mereka hasilkan berupa batik-batik dengan pola yang bentuknya sangat mirip dengan pola tekstil ataupun hiasan pada keramik China, seperti banji yang melambangkan kebahagian ataupun kelelawar yang melambangkan nasib baik.
Pada perkembangannya, batik China menampakkan pola-pola yang lebih beragam, antara lain pola-pola dengan pengaruh ragam hias batik keraton seperti yang terlihat pada batik dua negeri dan tiga negeri.
Daerah perkembangan batik China meliputi daerah pesisir ataupun pedalaman dengan nuansa yang dipengaruhi lingkungan. Daerah tersebut adalah Cirebon, Pekalongan, Lasem, Demak, dan Kudus.
Lasem terkenal dengan selendang lokcan-nya (burung phoenix) sebagai ragam hias utamanya, sedangkan Demak dan Kudus mempunyai ciri khas dalam isen latar, antara lain gabah sinawur, dele kecer, dan mrutu sewu.
Pekalongan, sebagai tempat terdapatnya perusahaan-perusahaan batik China, menghasilkan karya-karya "terbaik", seperti Oey Soe Tjoen, The Tie Siet, dan Oey Kok Sing, mempunyai ciri khas produk yang terpengaruh budaya Belanda.
Meski demikian, batik China yang dibuat mereka tetap mengandung nilai filosofis China. Hal itu sesuai dengan paham yang dianut orang China bahwa usia menentukan apa yang dipakai.
Kini batik China masih meninggalkan jejaknya di dunia perbatikan Indonesia dan terkenal dengan karya batik yang merupakan adikarya batik Indonesia, katanya.
Batik "printing"
"Batik tetap milik bangsa Indonesia. Apa yang terjadi dalam perkembangan batik itu hanya terpengaruh seni dan budayanya saja, tetapi yang membatik juga bangsa-bangsa kita sendiri," kata Diana Santosa SE, Manajer PT Danar Hadi Solo.
Jadi, meskipun motif-motif batik China telah berkembang di Indonesia, di negara China sendiri tidak ada batik tulis atau cap yang dibuat seperti di Indonesia.
"Di China itu adanya hanya batik printing seperti apa yang juga dibuat di Indonesia dan itu sebagian besar juga pesanan dari para pedagang Indonesia karena di China lebih murah," kata Diana Santosa, putri pengusaha batik terkenal di Indonesia.
Batik Danar Hadi tiga tahun lalu sebagian besar dipakai kaum pria, tetapi sekarang sudah tidak lagi. "Konsumen kaum putri saat ini mengalami kenaikan yang signifikan," katanya.
"Permintaan pakaian batik untuk kaum wanita di tempat kami mengalami kenaikan 100 persen lebih, sampai kami mengalami kesulitan untuk mencari penjahit pakaian wanita untuk memenuhi permintaan konsumen itu," katanya.
Diberlakukannya China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA), bagi PT Danar Hadi tidak ada masalah. CAFTA merupakan tantangan yang harus disikapi dengan baik.
"Jadi, tekstil dari China yang masuk ke Indonesia bukan batik seperti kita miliki itu, tetapi itu tekstil batik. Batik seperti yang kita miliki dengan batik printing jelas itu sangat berbeda," paparnya.
Untuk menyikapi persoalan-persoalan tersebut, PT Batik Danar Hadi Solo juga terus mencari terobosan-terobosan dalam memasarkan dan mempertahankan eksistensi keberadaan batik Indonesia yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia.
PT Batik Danar Hadi pada tanggal 6-13 Februari 2010 akan menggelar Festival Batik China dan sekaligus menggelar pameran "Batik China Kuno" di Museum Batik Danar Hadi Solo untuk umum, kata public relation and communication consultan acara tersebut RAy Febri H Dipokusumo.
Acara tersebut, selain untuk hari kunjungan museum, juga dalam rangka menyambut Imlek 2010. Pada acara itu nantinya akan diperagakan batik-batik yang bermotif budaya China. Serta akan digelar pameran batik China kuno koleksi PT Batik Danar Hadi.
H Santosa Doellah, pemilik PT Batik Danar Hadi, memiliki koleksi batik China kuno sebanyak 2.800, di antaranya ada yang berumur 200 tahun yang nantinya akan dipamerkan.
Lewat pameran batik itu diharapkan generasi muda mengetahui perjalanan panjang batik yang ada di Indonesia.
Sumber :http://community.um.ac.id
Warisan Budaya China Di Pamerkan
Warisan budaya kuno China selama ini lebih banyak dikenal dari seni kaligrafi atau pun guci. Padahal banyak benda-benda lainnya yang mewakili tradisi kuno China. Seperti alat musik dan kuas untuk menulis.
Benda-benda tersebut dipamerkan dalam Open Art & Antique Exhibition: A Journey to China Heritage di Mercure Grand Mirama Hotel. Beragam benda yang mewakili sejarah negeri Tirai Bambu dipamerkan mulai 8-20 Februari.
Ada beberapa alat musik petik dan gesek yang dipamerkan di lobi hotel bintang empat di kawasan Jl Raya Darmo tersebut. Di antaranya sitar yang biasa digunakan musisi China untuk mengiringi lagu atau tarian.
Ada juga alat musik kuno lainnya, seperti ruan, guzheng, erhu, pipa dan san xian, semacam kecapi yang menggunakan tiga dawai.
Selain alat musik, bermacam jenis kuas untuk menulis juga dipamerkan. Mulai dari yang berukuran kecil hingga besar. Bulu kuas sendiri berasal dari bulu beberapa jenis hewan, seperti serigala, beruang, kuda dan sapi.
Melengkapi beragam kuas itu, dipamerkan pula yen thai, yakni tempat mengaduk tinta sebelum digunakan untuk menulis maupun membuat kaligrafi.
Alat semacam ini sudah jarang ditemui di China. Pasalnya, tinta yang digunakan sekarang sudah dikemas dalam botol sesuai warna-warna yang ada. Dalam penggunaannya pun tidak perlu dicampur lebih dulu.
“Yen thai sudah tidak dipakai lagi sekarang,” kata Budi Anggono, kolektor benda-benda antik yang turut memamerkan barang koleksinya di hotel itu.
Budi mengatakan, selain kuas berikut yen thai, ia juga memamerkan berbagai jenis cap atau stempel dari batu giok. Stempel semacam ini biasa digunakan penulis-penulis di China sebagai penanda identitas pada hasil karyanya.
General Manager Mercure Grand Mirama Hotel Surabaya, Windiarto, mengatakan pameran digelar untuk memperkenalkan kebudayaan China kepada publik Surabaya. Selain Budi Anggono selaku kolektor pribadi, pihaknya juga menggandeng Universitas Widya Kartika dan Konsulat Jenderal China.
Sumber : http://jatim.vivanews.com
Imlek
Kemunculan Imlek tidak dapat dilepaskan dari akar sejarah masyarakat China. Perjalanan sejarah masyarakat Tirai Bambu dalam mengarungi ruang dan waktu memunculkan modifikasi-modifikasi kebudayaan tersendiri, terutama ketika proses pembauran antaretnis berlangsung.
Berbicara tentang keberadaan mereka di Nusantara, tidak dapat dipungkiri bahwa republik ini lahir jauh setelah kedatangan etnis China.
Laman Wikipedia menyebutkan, dokumentasi awal tentang kedatangan entis China ke Nusantara terdapat dalam penuturan agamawan Fa Hsien (abad ke-4) dan I Ching (abad ke-7).
Dikisahkan, I Ching yang juga biarawan, datang ke India untuk mempelajari agama Buddha dan singgah dulu di Nusantara untuk belajar bahasa Sansekerta. Di Jawa ia berguru pada seseorang bernama J'anabhadra.
Semasa perjalanannya, dia juga mengunjungi kerajaan Sriwijaya di Sumatra pada 671. Tulisannya mengenai Sriwijaya adalah salah satu dari sedikit sumber mengenai kerajaan tersebut.
Ratusan tahun berlalu, dan kebudayaan China semakin berbaur dengan tatacara kehidupan komunitas yang lebih dulu menapakkan kaki di Nusantara
Bahkan dalam hal tertentu, kebiasaan atau istilah tertentu yang sepertinya khas China, ternyata hanya ditemukan di Nusantara, tidak di daerah lain. Hal itu dikarenakan pertalian antar budaya etnis yang kuat sehingga menimbulkan cirikhas tersendiri.
Laman yang sama menyebutkan kata Tionghoa adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang di Nusantara. Kata itu berasal dari kata "Cung Hwa", sebuah wacana yang muncul di Tiongkok sejak 1880.
Karena keterbatasannya, orang Melayu ketika itu melafalkan Cung Hwa dengan Tionghoa.
Sedangkan wacana "Cung Hwa" sendiri merupakan gerakan yang muncul di China sebagai reaksi untuk memiliki sebuah negeri yang lebih demokratis dan kuat.
Hal itu didengar oleh etnis China yang tinggal di Hindia Belanda, hingga mereka tergugah untuk mendirikan sebuah perhimpunan bernama "Tjung Hwa Hwei Kwan" (THHK), dan diucapkan "Tiong Hoa Hwe Kwan" oleh lafal Melayu, yang berarti Perhimpunan Tionghoa.
Selain penyebutan Tionghoa, pakar budaya Cina dari Universitas Indonesia (UI) Johanes Herlijanto mengatakan, kekhasan identitas China di Indonesia juga muncul dalam tradisi Imlek.
Perayaan Imlek yang pada awalnya dimaknai sebagai rasa syukur masyarakat agraris Tiongkok karena telah lepas dari musim dingin dan memasuki musim semi yang baik untuk pertanian itu mengalami variasi yang luar biasa.
Salah satunya adalah penggunaan angka pada setiap perayaan Imlek, seperti pada bulan Februari 2007 M dianggap masuk ke tahun Imlek 2558. Ciri seperti ini, menurut dia, tidak ditemui di Malaysia atau Singapura yang meyoritas penduduknya adalah etnis China.
Kemunculan angka itu, katanya, sangat dipengaruhi oleh etika Konfusianisme yang melekat di masyarakat China. Hal itu mengakibatkan kelahiran pembawa faham itu, Kong Hu Cu, yang diperkirakan terjadi pada tahun 551 SM dijadikan patokan angka tahun Imlek.
Padahal, apabila kembali ke makna Imlek sebagai rasa syukur akan datangnya tahun baru yang juga menandai awal musim semi, maka sistem penanggalan yang diterapkan oleh Dinasti Xia (2205-2197 SM) lebih coock dijadikan sebagai patokan tahun Imlek.
Lintas etnis
Terkait dengan perayaan Imlek di Indonesia, lebih lanjut Johanes Herlijanto yang juga staf pengajar Program Studi Cina Fakultas Ilmu Budaya UI mengatakan, perayaan Imlek tentu telah beradaptasi dengan tradisi masyarakat setempat.
Imlek seakan berada dalam proses pergeseran dari pesta milik masyarakat China menjadi pesta milik bangsa Indonesia secara keseluruhan, tentunya dengan dipelopori oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Proses "pen-Indonesiaan" ini setidaknya nampak dalam sejumlah praktik dan kebiasaan yang muncul hanya di Indonesia.
Hal ini terlihat pada makanan yang dihidangkan saat Imlek, misalnya lontong Cap Go Meh. Makanan yang disajikan pada hari ke 15 yang merupakan penutupan rangkaian acara perayaan Imlek tersebut merupakan representasi pertautan lintas entis.
"Lontong bukanlah makanan China, tapi jenis makanan Indonesia," katanya.
Bahkan, dia mengidentifikasi komunikasi budaya dalam Lontong Cap Go Meh sebagai pertautan beberapa kebudayaan sekaligus.
Hal itu ditunjukkan dalam keberadaan kuah semacam kari atau opor untuk lontong pada jenis makanan tersebut yang sangat mungkin akibat pengaruh India yang bercampur dengan tradisi lokal.
Komunikasi lintas etnis juga muncul dalam tradisi barongsai yang bisa dimainkan kapan saja asal masih dalam rangkaian 15 hari perayaan Imlek dan acara gotong Toapekong yang hanya dilakukan pada hari ke 15 setelah Imlek, yaitu Cap Go Meh.
Kedua tradisi itu, katanya selalu menyertakan kaum non-Tionghoa sebagai pemain. Sementara itu, acara itu sendiri juga dibuka menjadi tontonan, termasuk untuk masyarakat bukan Tionghoa.
"Konon banyak dari mereka yang ikut serta menggotong secara sukarela karena ingin berpartisipasi dalam suka cita perayaan Imlek ini," kata Johanes.
Kemudian, pawai Imlek yang muncul kembali sejak pergantian millennium yang lalu, katanya, selalu melibatkan unsur-unsur bukan Tionghoa.
Unsur-unsur itu muncul dalam bentuk tarian-tarian dan atraksi lokal, seperti Ondel-ondel, Reog Ponorogo, Debus Banten, dan sebagainya.
"Ini tidak terjadi di negeri lain," katanya sekaligus mencontohkan bahwa pawai Imlek di Malaysia hanya melibatkan masyarakat Cina.
Dia kemudian mencontohkan keputusan masyarakat Tionghoa Jakarta untuk tidak mengadakan pesta pawai budaya pada 2005 ketika Tsunami melanda Indonesia dan beberapa negara Asia, merupakan contoh kongkrit semangat kebersamaan antarentis dalam suasana Imlek.
Lintas agama
Kebersamaan seluruh masyarakat Indonesia tidak hanya berhenti dalam tingkat etnis, namun juga agama.
Hal itu terlihat dari apa yang dilakukan sejumlah gereja di Jakarta untuk ikut memeriahkan Imlek dengan menghias ruangan gereja dengan pernak-pernik bernuansa Cina serta melaksanakan misa khusus parayaan Imlek.
Misa dengan suasana Imlek itu salah satunya dilakukan oleh umat di Paroki Taosebio, Glodok. Misa khusus itu dilaksanakan Minggu (18/2) pukul 09.00, bertepatan dengan perayaan Imlek.
Tampilan bangunan yang berlokasi di kawasan pecinan itu lebih mirip sebuah kuil daripada gereja. Hal itu terlihat dari pernak-pernik yang mempercantik tata ruang.
Tidak hanya itu, misa yang dirancang khusus untuk kaum Tionghoa beragama Katolik itu juga menggunakan bahasa Mandarin sebagai bahasa pengantar.
Keselarasan antar keduanya, Imlek dan liturgi Katolik, terlihat dari penyesuaian yang dilakukan dalam tatacara misa, diantaranya dengan menyisipkan tradisi berbagi Angpao dan jeruk pada akhir ibadat.
"Tradisi misa Imlek di Toasebio berlangsung setiap tahun," kata Pastor Kepala Paroki Toasebio, Pastor Yosef Bagnara.
Selain Paroki Taosebio, misa serupa juga digelar di gereja Paroki Kemakmuran Bunda Hati Kudus, Jakarta Pusat, bertepatan dengan perayaan Imlek.
Staf Sekretariat Paroki Kemakmuran Bunda Hati Kudus, Ernita, mengatakan kekhususan misa itu terletak pada dekorasi dan beberapa adat Tionghoa yang disisipkan dalam liturgi.
"Namun demikian, secara garis besar liturgi tetap dengan tatacara Katolik," kata Ernita.
Ornamen Imlek dalam dekorasi yang tidak seperti biasa akan memberikan suasana tersendiri bagi etnis Tionghoa yang mengikuti misa tersebut.
Selain itu, umat Tionghoa juga merasa seperti "di rumah sendiri" ketika gereja juga menyertakan dekorasi berupa tiruan pohon yang digantungi ratusan "amplop merah", khas budaya Cina.
Kemudian, harmonisasi antara Imlek dan liturgi Katolik juga dirasakan di gereja Paroki Mangga Besar dan Paroki Santo Bartolomeus (Sanbarto) Bekasi Selatan.
Bahkan, pengurus gereja Paroki Sanbarto menyiapkan amplop merah (angpao) yang berisi pembatas buku firman Tuhan serta jeruk untuk dibagikan kepada umat usai misa.
semua masyarakat Indonesia dari berbagai etnis dan agama dalam merayakan Imlek itu mendorong Johanes Herlijanto memaknai Imlek sebagai tradisi yang berciri multikultural.
Kesatuan dalam Imlek itu mengandung pesan bahwa etnis Tionghoa dan non-Tionghoa adalah masyarakat yang terbuka dan mau berjalan beriringan dalam proses komunikasi budaya.
Sedangkan sentimen anti Tionghoa yang selam ini muncul hanyalah riak yang bergelombang akibat kepentingan golongan tertentu, terutama elit politik.
"Sikap anti Tionghoa itu justru bermula dari tingkat elit yang biasanya akan berpengaruh ke bawah," katanya seraya mengingatkan bahwa resistensi terhadap Tionghoa sudah hilang sejak tumbangnya Orde Baru, sehingga Indonesia memasuki era kebersamaan.
Sumber: ANTARA News
Kaya Dan Makmur Dalam Budaya China
Cina memasuki abad 21 ini diprediksi oleh banyak kalangan elit tengah menggeliat mulai menjadi bangsa yang kaya/makmur. Proses ini tidak berlangsung mulus dan laksana perjalanan mendaki gunung ada jatuh bangunnya ketika menyadari bahwa rakyatnya juga mendambakan sejahtera/makmur.
Ketika Deng Xiaoping, salah satu tokoh besar abad 20 semasa hidupnya pernah mengungkapkan bahwa bagi bangsa Cina menjadi kaya secara terhormat bukanlah dosa.
Banyak pengamat yang waktu itu heran mengapa justru di negara Cina yang belum mantap ekonomi pasar sosialis ungkapan demikian muncul. Belum lagi masuknya era informasi dengan kehebatan teknologi informasi, teknologi proses dan pembangunan infrastruktur manusia, pengetahuan dan fisik yang ikut membuka “tirai bamboo” Cina.
Upaya memahami budaya Cina, dan alasan mengapa dia di permukaan seperti itu, tidak akan diperoleh hanya dengan satu kali analisis sederhana saja. Setiap individu juga di Cina memiliki perspektif pemikiran yang berbeda, yang berdampak pada pola pemahaman, konseptualisasi dan aktualisasi diri.
Setiap kali kita membahas dan menganalisis budaya Cina, selalu mempunyai daya tarik tersendiri. Itu wajar saja, karena budaya Cina merupakan salah satu budaya tertua di dunia. Apakah dasar dasar budaya masih mengakar kuat atau mengalami kemandekan dalam benak pikiran manusia Cina ? Apakah hal ini karena dampak modernisasi sebagai akibat kemajuan teknologi informasi, pembangunan infrastruktur fisik jalanan, pelabuhan dan sarana transpotasi yang makin maju.
Dengan memahami arah gejala (trend) tersebut, muncul pertanyaan bagaimana hakikat wawasan budaya China dengan menjadi kaya atau kemakmuran individual ? Apakah ajaran kuno Konfusius masih dihayati atau tidak demikian mendalamnya budaya itu? Atau cara pandang manusia Cina secara individual mengalami erosi dalam memandang “menjadi kaya secara cultural”?
Konfusius sebagai filsuf agung adalah pemikir orisinal, dan seluruh pemikirannya diarahkan pada sikap atau perilaku yang tepat (right conduct). Mengenai sikap menjadi kaya atau menggapai kemakmuran (wealth), Konfusius menyatakan bahwa “..kemakmuran dan kehormatan merupakan hasrat setiap manusia. Tetapi, kalau keduanya diperoleh secara tidak wajar, maka keduanya tidak patut dimiliki lebih lanjut…”
Tiada manusia yang unggul kalau ia tidak memiliki “sensitivitas sosial…” Selanjutnya ia menegaskan bahwa apa yang membuat seorang unggul adalah melalui upaya pengembangan diri dengan wawasan untuk membantu orang lain atau bahkan membantu setiap orang (self-cultiviation with a view to helping others and further everybody).
Wawasan ini sesungguhnya merupakan solidaritas sosial yang dikenal dan dihayati oleh manusia sepanjang zaman sampai kini. Dizaman kuno, menurut tradisi Konfusius, terdapat empat kedudukan utama dalam masyarakat Cina dengan urutan dan keutamaan, sebagai berikut :
1. kelompok terpelajar, terutama guru pengajar (scholars, including teachers)
2. kelompok petani (peasants)
3. kelompok pengrajin dan buruh (artisans and laborers)
4. kelompok pedagang (merchants/ traders)
Zaman dulu dalam kelompok terpelajar termasuk tuan tanah, karena dengan posisi keuangannya mereka mempunyai banyak waktu untuk mendalami sastra kuno dan seni kaligrafi. Bagi masyarakat Cina kuno, pendidikan dan kedudukan dalam pemerintahan mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan harta kekayaan.
Zaman itu, kelompok pedagang tidak pernah dinilai setaraf dngan kelompok terpelajar yang terhormat dan memiliki akses pada kemakmuran dan uang yang terhormat pula.
Kalau kita mengkaji sejarah Cina, maka sejarah politik dan sosialnya yang penuh kekalutan (turmoils), telah membentuk suatu sikap praktis yang keras, yang dapat disarikan dalam system nilai bertahan hidup (life-raft values) dalam segala kondisi dan cuaca, yaitu :
1. sikap hemat memastikan ketahanan hidup (survival)
2. tingkat menabung yang tinggi yang bahkan tak masuk akal, sekalipun adanya kebutuhan mendesak
3. kerja keras sampai kehabisan nafas untuk melawan hambatan yang ada dalam dunia yang tidak dapat diprediksi (uunpredictable world)
4. orang yang dapat dipercayai adalah dari lingkungan keluarga dan
5. kepatuhan pada kepala keluarga dan selalu bersiap setiap saat untuk memiliki daya tahan yang kuat
Demikian secuil sejarah panjang budaya Cina yang melekat pada bangsa Cina dalam perjalanan sejarahnya.
Kembali pada era yang baru sejak Deng berkuasa yaitu awal tahun 1980an yang berarti baru 20 tahunan memasuki ekonomi pasar sosialis membawa konsekuensi bagi penduduknya. Suatu perombakan radikal dalam pola pikir rakyat Cina.
Hanya dalam waktu 20 tahunan, Cina telah beralih dari suatu masyarakat yang non materialis (non materialist society) yang dikekang oleh prinsip prinsip ideologi (eranya pra Deng Xiaoping), menjadi suatu masyarakat yang materialis yang digerakkan oleh nilai nilai konsumsi berlebihan (conspicuous consumption).
Memang rakyat Cina tidak hanya di kawasan Pantai tetapi sampai kepedalaman yang berupaya ikut menikmatinya.
Mereka tidak mau ketinggalan dalam upaya mencapai kemakmuran individual sekalipun karena gerakan yang demikian cepatnya kadang kadang membawa kejutan budaya dalam arti makin menipisnya pegangan spiritual (spiritual civilization).
Dalam proses menjadi kaya/makmur, tetap ada penyelewengan korupsi yang terjadi dan rakyat serta pemerintah Cina tidak menutup mata tetapi tegas menghadapi penyelewengan dan menghukum setimpal tanpa ragu ragu.
Karena itu kita dalam meneropong realita tersebut, jangan emosional membenci, iri, dengki dan menilai hanya yang negatif saja dengan perilaku diantara kita yang tercela, tidak tahu malu, tetapi secara obyektif mengikuti proses tersebut diatas.
Mereka yang di Cina berbeda banyak dengan yang di luar Cina dalam perilaku, sikap dan dalam pola pikir sebagai wujud budaya.
Sumber : http://iccsg.wordpress.com
Kamis, 29 April 2010
Sejarah China
Sejarah China tercatat dalam rekod-rekod sejarah tradisional yang wujud sejak dari zaman Tiga Tokoh Mulia dan Lima Maharaja pada sekitar 5,000 tahun dahulu, dan disokong oleh rekod-rekod arkeologi yang wujud sejak abad ke-16 SM. China merupakan salah satu tamadun berterusan yang tertua di dunia. Kulit kura-kura dengan tanda-tanda yang membangkitkan kenangan tulisan Cina kuno daripada Dinasti Shang wujud pada sekitar 1500 SM, mengikut pentarikhan karbon. Peradaban Cina berasal daripada negara-negara kota di lembah Sungai Kuning. Tahun 221 SM biasanya diterima sebagai tahun ketika China disatukan di bawah sebuah kemaharajaan besar atau empayar. Dinasti-dinasti berturut-turut dalam sejarah China telah mengembangkan berbagai-bagai sistem birokrasi untuk membolehkan maharaja China menguasai wilayah yang besar.
Asas-asas tamadun Cina terdiri daripada pengenaan sistem tulisan yang sama oleh maharaja Dinasti Qin pada abad ke-3 SM serta perkembangan ideologi negara berdasarkan Konfusianisme pada abad ke-2 SM. China mengalami zaman-zaman yang berselang-seli antara perpaduan dan perpecahan, dengan kekadangnya penaklukan oleh orang-orang asing. Sebilangan penakluk diasimilasi ke dalam kaum Cina. Pengaruh-pengaruh kebudayaan dan politik dari banyak bahagian di Asia membawa gelombang-gelombang penghijrahan, peluasan, dan asimilasi yang berturut-turut untuk mencipta sebuah kebudayaan Cina
Daripada pemburu-pengumpul kepada petani
Apa yang kini merupakan China dihuni oleh Homo erectus melebihi sejuta tahun dahulu. Kajian yang baru-baru ini menunjukkan bahawa alat-alat batu yang ditemui di tapak Xiaochangliang telah wujud sejak 1.36 juta tahun lagi, menurut pentarikhan magnetostratigraf. Tapak arkeologi di Xihoudu, Provinsi Shanxi merupakan rekod terawal tentang penggunaan api oleh Homo erectus dan ditetapkan tarikhnya sebagai 1.27 juta tahun dahulu. [1] Ekskavasi-ekskavasi di Yuanmou dan kemudiannya di Lantian menunjukkan penghunian awal. Spesimen Homo erectus yang termasyhur yang ditemui di China pada tahun 1923 ialah apa yang telah digelar Lelaki Peking. Dua buah bekas tembikar yang digali di Gua Liyuzui yang terletak di Liuzhou, Provinsi Guangxi masing-masing wujud sejak 16,500 SM dan 19,000 SM. [2] Bukti terawal untuk penanaman sekoi menetapkan tarikhnya pada sekitar 7000 SM. Alat-alat muzik yang boleh dimain, peringkat terawal sistem tulisan bahasa Cina (masih diperdebatkan) dan pengeluaran wain terawal di dunia telah ditemui di tapak Jiahu. Jiahu merupakan peringkat terawal kebudayaan Peiligang di kaunti Xinzheng, Henan, dan hanya 5% telah diekskavasi sehingga tahun 2006. Dengan pertanian datangnya banyak penduduk, dengan keupayaan menyimpan dan mengagih-agihkan tanaman mendukung para tukang dan pentadbir. Pada lewat zaman Neolitik, lembah Sungai Kuning mula memperkukuh kedudukannnya sebagai suatu pusat kebudayaan, dengan desa-desa pertama ditubuhkan. Desa-desa yang paling penting dari segi arkeologi ialah desa-desa yang ditemui di Banpo, Xi'an.
Prasejarah
Sejarah awal China dirumitkan oleh ketiadaan bahasa tuliasan pada zaman ini, serta dokumen-dokumen dari zaman-zaman kemudian yang cuba memerihalkan peristiwa-peristiwa yang berlaku berabad-abad dahulu. Dari sesetengah segi, masalah ini terdiri daripada penyelidikan-penyelidikan fikiran dan perasaan diri sendiri oleh orang-orang Cina yang mengaburkan perbezaan antara fakta dan fiksyen tentang sejarah awal mereka. Menjelang tahun 7000 SM, orang-orang Cina telah menanam sekoi yang menimbulkan kebudayaan Jiahu. Kebudayaan Yangshao kemudian digantikan dengan kebudayaan Longshan pada sekitar 2500 SM. Tapak-tapak arkeologi seperti di Sanxingdui dan Erlitou membuktikan sebuah tamadun Zaman Gangsa di China. Pisau gangsa terawal yang wujud sejak 3000 SM ditemui di Majiayao yang terletak di provinsi Gansu dan Qinhai.
Rencana utama: Tiga Tokoh Mulia dan Lima Maharaja
Catatan Ahli Sejarah Agung, karya menyeluruh tentang sejarah China terawal, ditulis oleh Sima Qian, ahli sejarah Cina, pada abad ke-2 SM, manakala Catatan Tahunan Buluh mengesani sejarah Cina sejak dari sekitar 2800 SM dengan pemerihalannya tentang zaman Tiga Tokoh Mulia dan Lima Maharaja. Pemerintah-pemerintah ini adalah raja-raja tokoh bijaksana separa mitos serta contoh-contoh kesusilaan. Tradisi menganggap Maharaja Kuning, salah satu daripada pemerintah-pemerintah tersebut, sebagai leluhur bangsa Han.
Sima Qian mengatakan bahawa sistem kerajaan pewarisan telah diasaskan semasa Dinasti Xia, dan model ini kemudian dikekalkan oleh Dinasti Shang dan Dinasti Zhou. Adalah semasa zaman Tiga Dinasti (pinyin: sāndài) ini ketika China sejarah termuncul.
Dinasti Xia
Bekas gangsa Lozenge Carven Ding yang ditemui di tapak Erlitou, istana Xia.
Rencana utama: Dinasti Xia
Pemerihalan Sima Qian dan Catatan Tahunan Buluh menetapkan tarikh pengasasan Dinasti Xia pada 4,200 tahun dahulu, tetapi tarikh ini masih tidak dapat disahkan. Terdapat 17 orang raja dalam Dinasti Xia yang terdiri daripada 14 generasi, bermula dengan Yu Agung sehingga Jie dari Xia, menurut Sima Qian dan rekod-rekod lain pada Dinasti Qin yang kemudian.
Penduduk-penduduk Shang dan Zhou telah wujud sejak permulaan Dinasti Xia dan merupakan negeri-negeri lindungan Xia. Tempoh Dinasti Xia yang tepat masih susah untuk ditetapkan, tetapi kini terhad kepada dua pilihan, iaitu 431 tahun atau 471 tahun.
Kebanyakan ahli arkeologi kini mengaitkan Dinasti Xia dengan ekskavasi-ekskavasi di Erlitou yang terletak di provinsi Henan tengah, [3] dengan sebuah relau lebur gangsa dari sekitar tahun 2000 SM ditemui di sana. Tanda-tanda awal yang ditemui pada tembikar dan cangkerang dari zaman ini telah dikatakan merupakan leluhur askara-askara Cina moden. [4]. Dengan tidak adanya banyak rekod tertulis yang sepadan dengan tulang-tulang orakelS Shang atau tulisan-tulisan bekas gangsa Zhou, zaman Xia masih tidak dapat difahami dengan memuaskan.Lihat juga: Projek Kronologi Xia Shang Zhou
Rencana utama: Dinasti Shang
Saki baki masyarakat-masyarakat maju yang bertingkat-tingkat dan yang wujud sejak dari zaman Shang telah ditemui di Lembah Sungai Kuning.
Simuwu Ding daripada Dinasti Shang Lewat yang tingginya 133 sm, panjangnya 110 sm, lebarnya 79 sm, dan beratnya 832.84 kg, merupakan bekas gangsa terbesar yang ditemui di dunia. Dibuat oleh Zu Jia dari Shang untuk ibunya, Wu, isteri Wu Ding. Digali di Anyang pada tahun 1939.
Rekod tertulis yang terawal yang ditemui tentang masa lampau China datangnya daripada Dinasti Shang, mungkin pada abad ke-13, dan mengambil bentuk ukiran-ukiran rekod peramalan pada tulang dan cangkerang haiwan — apa yang dipanggil tulang orakel. Dapatan-dapatan arkeologi yang memberikan bukti terhadap kewujudan Dinasti Shang antara sekitar 1600 SM–1046 SM dibahagikan kepada dua kumpulan. Kumpulan pertama dari zaman Shang yang lebih awal (k.k. 1600–1300 SM) berasal daripada sumber-sumber di Erligang, Zhengzhou, dan Shangcheng. Kumpulan kedua dari zaman Shang atau Yin yang kemudian terdiri sebahagian besarnya daripada sekumpulan tulisan tulang orakel yang besar. Anyang di Henan masa kini telah disahkan sebagai ibu kota terakhir antara sembilan buah ibu kota Shang (k.k. 1300–1046 SM). Adanya 31 orang raja dalam Dinasti Shang, bermula dengan Raja Tang hingga Raja Zhou, dengan dinasti ini merupakan dinasti yang kekal paling lama dalam sejarah Cina.
Catatan Ahli Sejarah Agung menyatakan bahawa Dinasti Shang memindahkan ibu kotanya sebanyak enam kali. Pemindahan terakhir dan terpenting ke Yin pada 1350 SM menghasilkan zaman kegemilangan dinasti ini. Istilah 'Dinasti Yin' merupakan sinonim untuk dinasti Shang dalam sejarah, walaupun pada akhir-akhir ini, ia telah digunakan khusus untuk merujuk kepada separuh kedua Dinasti Shang.
Ahli-ahli sejarah Cina yang hidup pada zaman-zaman kemudian telah membiasakan diri dengan tanggapan satu dinasti mewarisi satu dinasti, tetapi keadaan politik sebenar pada zaman China yang awal diketahui adalah jauh lebih rumit. Oleh it, sebagaimana yang dicadangkan oleh sesetengah cendekiawan China, Dinasti Xia dan Dinasti Shang mungkin merujuk kepada entiti-entiti politik yang wujud sezaman, seperti dengan Dinasti Zhou awal (negara pewaris Shang) yang diketahui wujud pada zaman yang sama dengan Dinasti Shang.
Rekod-rekod tertulis yang ditemui di Anyang mengesahkan kewujudan dinasti Shang. Bagaimanapun, cendekiawan-cendekiawan Barat seringnya meragui tentang perkaitan antara petempatan-petempatan sezaman petempatan Anyang dengan dinasti Shang. Umpamanya, dapatan-dapatan arkeologi di Sanxingdui membayangkan peradaban berteknologi maju yang tidak sama dengan Anyang dari segi kebudayaan. Bukti-bukti yang ada tidak dapat membuktikan dengan muktamad tentang betapa jauh alam Shang terbentang dari Anyang. Hipotesis terutama adalah bahawa Anyang, yang diperintah oleh dinasti Shang yang sama dalam sejarah rasmi, wujud bersama-sama dan berdagang dengan banyak petempatan yang mempunyai berbagai-bagai kebudayaan di kawasan yang kini dirujuk sebagai China wajar.
Rencana utama: Dinasti Zhou
Menjelang akhir milenium ke-2 SM, Dinasti Zhou mula bangkit di lembah Sungai Kuning dan menakluki dinasti Shang. Dinasti Zhou kelihatan memulakan pemerintahannya di bawah sebuah sistem separa feudal. Masyarakat Zhou merupakan penduduk-penduduk di barat Shang, dengan ketuanya dilantik sebagai "Pelindung Barat" oleh Shang. Raja Wu, pemerintah Zhou, dengan bantuan Duke Zhou, bapa saudaranya yang merupakan pemangku raja, dapat menewaskan Shang dalam Pertempuran Muye. Raja Zhou ketika itu mempergunakan konsep Mandat Syurga untuk mewajarkan pemerintahannya, satu konsep yang kemudian dipergunakan oleh hampir setiap dinasti yang berikut. Dinasti Zhou pada asalnya memindahkan ibu kotanya ke barat di kawasan dekat Xi'an masa kini yang berhampiran dengan Sungai Kuning, dan mengawal satu siri peluasan masuk ke lembah Sungai Yangtze dari sana. Ini merupakan penghijrahan pertama antara banyak penghijrahan dari utara ke selatan dalam sejarah Cina.
Rencana utama: Zaman Musim Bunga dan Musim Luruh
Pada abad ke-8 SM, kuasa Dinasti Zhou terpencar semasa Zaman Musim Bunga dan Musim Luruh, zaman yang dinamai sempena nama Catatan Tahunan Musim Bunga dan Musim Luruh yang terpengaruh. Dalam zaman ini, ketua-ketua tentera tempatan yang dilantik oleh Dinasti Zhou mula mempergunakan kuasa mereka untuk memperoleh hegemoni. Keadaan ini diburukkan oleh serangan-serangan daripada orang-orang di barat laut seperti Qin, dan memaksa Dinasti Zhou untuk memindahkan ibu kotanya ke timur Luoyang. Ini menandakan fasa kedua Dinasti Zhou yang besar: Zhou Timur. Di dalam setiap negeri yang muncul, tokoh-tokoh tempatan yang kuat memiliki kebanyakan kuasa politik dan meneruskan kepatuhan mereka kepada raja-raja Zhou pada nama sahaja. Umpamanya, ketua-ketua tempatan mula menggunakan gelaran-gelaran diraja pada diri sendiri. Seratus Aliran Fikiran falsafah Cina berbunga semasa zaman ini, termasuk gerakan-gerakan intelektual yang terpengaruh seperti Konfusianisme, Taoisme, Ultrakeundangan, dan Mohisme yang diasaskan sebahagian sebagai gerak balas terhadap dunia politik yang berubah-ubah. Zaman Musim Bunga dan Musim Luruh ditandakan dengan perpecahan kuasa pusat Zhou, dengan China ketika itu terdiri daripada beratus-ratus negeri, dengan sebilangannya hanya sebesar desa dengan sebuah kubu.
Rencana utama: Zaman Negeri-negeri Berperang
Selepas pengukuhan politik yang lanjut, tujuh buah negeri yang terutama tertinggal pada akhir abad ke-5 SM, dengan tahun-tahun yang negeri-negeri ini bertempur satu sama lain dikenali sebagai Zaman Negeri-negeri Berperang. Walaupun terdapat raja Dinasti Zhou yang memerintah pada nama sahaja sehingga tahun 256 SM, baginda tidak memegang banyak kuasa yang benar. Semasa wilayah-wilayah yang berjiran dengan negeri-negeri berperang itu diilhakkan, umpamanya kawasan-kawasan di Sichuan dan Liaoning masa kini, kawasan-kawasan ini diperintah di bawah sebuah sistem pentadbiran kekomanderan dan prefektur tempatan yang baru. Sistem ini telah diamalkan sejak Zaman Musim Bunga dan Musim Luruh dan sebahagiannya masih dapat dilihat dalam sistem Sheng & Xian (provinsi dan kaunti) masa kini. Peluasan terakhir zaman ini bermula dengan pemerintahan Ying Zheng, raja Qin. Penyatuannya terhadap enam buah kuasa yang lain serta pengilhakan-pengilhakan lanjut di kawasan-kawasan Zhejiang, Fujian, Guangdong, dan Guangxi masa kini pada tahun 214 SM membolehkannya mengisytiharkan diri sebagai Maharaja Pertama (Qin Shi Huangdi). Baginda menggolongkan masyarakatnya menjadi tiga kelas, iaitu Raja, golongan bangsawan, dan golongan petani, untuk membantu mengawal kemaharajaannya.
Qin Shi Huang, maharaja China yang pertama.
Rencana utama: Maharaja Qin
Ahli-ahli sejarah sering merujuk kepada tempoh dari Dinasti Qin sehingga keakhiran Dinasti Qing sebagai Empayar China. Walaupun pemerintahan Maharaja Qin hanya berlangsung selama dua belas tahun, baginda dapat menaklukkan banyak kawasan yang kemudian menjadi teras tanah air bangsa Han dan menyatukan penduduk-penduduk kawasan tersebut di bawah sebuah kerajaan ultrakeundangan terpusat yang ketat yang berpusat di Xianyang (Xi'an masa kini). Doktrin ultrakeundangan yang memandu pemerintahan Qin menegaskan pematuhan yang tegas kepada sebuah kod undang-undang serta kuasa mutlak maharaja. Sedangkan falsafah ini amat berkesan untuk memperluas empayar dengan gaya ketenteraan, ia terbukti tidak berjaya untuk memerintah pada waktu aman. Qin menindas sebarang penentangan politik dengan kejam, termasuk peristiwa yang dikenali sebagai "Membakar karya klasik dan mengebumikan cendekiawan". Ini kemudian menjadi pencetus untuk Sintesis Han yang menggabungkan aliran-aliran fikiran tadbiran politik yang lebih sederhana.
Dinasti Qin amat dikenali untuk memulakan Tembok Besar China yang kemudian dilanjutkan oleh Dinasti Ming. Sumbangan-sumbangan utama Qin yang lain termasuk penyatuan kod undang-undang, bahasa tulisan dan mata wang China selepas penderitaan Zaman Musim Bunga dan Musim Luruh serta Zaman Negeri-negeri Berperang. Perkara-perkara yang paling asas seperti panjangnya gandar kereta kuda juga diseragamkan untuk memastikan sebuah sistem perdagangan yang berdaya di seluruh empayar. [5]
Dinasti Han: Zaman kemakmuran
Rencana utama: Dinasti Han
Dinasti Han muncul pada tahun 202 SM dan merupakan dinasti pertama untuk memeluk falsafah Konfusianisme yang kemudian menjadi asas ideologi kepada semua rejim sehingga keakhiran empayar China. Di bawah Dinasti Han, China mencapai kemajuan yang ketara dalam banyak bidang seni dan sains. Maharaja Wu (Han Wudi) mengukuhkan dan memperluas empayar China dengan mengundurkan puak Xiongnu (kekadang digolongkan dengan kaum Hun) masuk ke dalam steppe Mongolia Dalam masa kini, dan merampas kawasan-kawasan Gansu, Ningxia, dan Qinghai masa kini. Ini membolehkan pembukaan buat pertama kali hubungan-hubungan perdagangan antara China dengan Dunia Barat melalui Laluan Sutera.
Bagaimanapun, pemerolehan tanah-tanah oleh keluarga-keluarga elit beransur-ansur menyusutkan sumber cukai. Pada tahun 9 Masihi, perampas Wang Mang mengasaskan Dinasti Xin yang tidak dapat kekal lama dan memulakan rancangan-rancangan reformasi tanah yang meluas serta pembaharuan-pembaharuan eknonomi yang lain. Bagaimanapun, rancangan-rancangannya tidak pernah disokong oleh keluarga-keluarga pemilik tanah kerana perubahan-perubahan tersebut memihak kepada golongan petani dan ningrat yang bertaraf rendah. Ketakstabilan yang diakibatkannya akhirnya mencetuskan keadaan kelam-kabut dan pemberontakan.
Maharaja Guangwu kemudian memulihkan Dinasti Han di Luoyang yang terletak di timur Xi'an, dengan bantuan keluarga-keluarga pemilik tanah dan pedagang. Zaman baru itu diistilahkan sebagai Dinasti Han Timur. Bagaimanapun, kuasa Han merosot di tengah-tengah pemerolehan tanah, serangan, dan pertikaian antara puak-puak gundik dengan para sida-sida. Pemberontakan Serban Kuning tercetus pada tahun 184 dan memulakan zaman hulubalang. Dalam kerusuhan yang menyusul, tiga buah negeri cuba mencapai kekuasaan dalam apa yang dipanggil zaman Tiga Kemaharajaan. Zaman itu telah diolah secara romantik dalam karya-karya Cina seperti Kisah Tiga Kemaharajaan.
Rencana utama: Dinasti Jìn (265-420)
Walaupun ketiga-tiga kumpulan disatukan buat sementara pada tahun 278 oleh Dinasti Jin, kelompok-kelompok etnik bukan bangsa Han (Wu Hu) mengawal kebanyakan kawasan negara pada awal abad ke-4 dan menimbulkan penghijrahan orang-orang Han secara besar-besaran ke selatan Sungai Yangtze. Pada tahun 303, kelompok etnik Di memberontak dan kemudian menawan Chengdu serta menubuhkan negeri Cheng Han. Di bawah Liu Yuan, puak Xiongnu memberontak berdekatan Kaunti Linfen masa kini dan menubuhkan negeri Han Zhao. Liu Cong, pewarisnya, menangkap dan menghukum mati dua orang maharaja Jin Barat yang terakhir.
Enam belas Kemaharajaan merupakan sekumpulan dinasti bukan Cina yang tidak dapat kekal lama yang mula memerintah seluruh atau sebahagian China utara sejak tahun 303. Banyak kelompok etnik terlibat, termasuk leluhur-leluhur Turki, Mongol, dan Tibet. Kebanyakan kaum-kaum nomad yang kecil itu telah dipercinakan pada setakatnya jauh lebih lama sebelum kebangkitan mereka untuk berkuasa. Sebenarnya, sebilangan mereka, khususnya puak Ch'iang dan puak Xiong-nu, telah dibenarkan menghuni di kawasan-kawasan sempadan di dalam kawasan Tembok Besar sejak zaman Akhir Dinasti Han lagi.
Rencana utama: Dinasti-dinasti Selatan dan Utara
Zaman ini merupakan tempoh perpecahan besar dan perang-perang tidak henti-henti.
Rencana utama: Dinasti Sui
Dinasti Sui yang berjaya menyatukan negara China pada tahun 589 selepas hampir empat abad perpecahan politik (ketika bahagian utara dan bahagian selatan berkembang secara berasingan) memainkan peranan yang lebih penting daripada apa yang tempoh kewujudannya membayangkan. Dengan cara yang sama dengan raja-raja Dinasti Qin yang menyatukan China pada abad ke-3 SM selepas Zaman Negeri-negeri Berperang, Dinasti Sui menyatukan China semula dan memulakan banyak institusi yang kemudian diterimaguna oleh pewaris-pewarisnya seperti Dinasti Tang. Bagaimanapun, serupa dengan Dinasti Qin, sumber-sumber Dinasti Sui tidak dapat membiayai usaha-usaha mereka dan akhirnya mengakibatkan kejatuhannya. Dan seperti dengan kes Dinasti Qin, sejarah tradisional tidak memberikan pertimbangan yang adil kepada Dinasti Sui apabila ia menegaskan kekerasan rejim Sui serta megalomania maharaja keduanya, dan hampir mengetepikan sebarang penghargaan untuk banyak pencapaiannya yang positif.
Dinasti Tang: Pemulihan kemakmuran
Kuda porselin glis tiga warna Dinasti Tang Cina (k.k. 700 Masihi.)
Rencana utama: Dinasti Tang
Pada 18 Jun 618, Gaozu naik takhta dan Dinasti Tang yang diasaskan memulakan zaman kemakmuran yang baru serta inovasi-inovasi dalam bidang seni dan teknologi. Agama Buddha yang beransur-ansur bertapak di China sejak dari abad ke-1 menjadi agama utama dan dianuti oleh keluarga diraja serta banyak orang biasa.
Chang'an (Xi'an masa kini), ibu negaranya, dipercayai merupakan ibu kota yang terbesar di dunia ketika itu. Dinasti Tang dan Dinasti Han sering dirujuk sebagai zaman yang paling makmur dalam sejarah Cina. Seperti dengan Dinasti Han, Dinasti Tang mengekalkan laluan-laluan perdagangan ke barat dan selatan yang menyebabkan perdagangan yang meluas dengan negara-negara asing yang jauh, dengan banyak pedagang asing menetap di China.
Sejak dari sekitar tahun 860, Dinasti Tang mula merosot, akibat satu siri pemberontakan di dalam China sendiri, serta di Kemaharajaan Nanzhao yang dahulu ditaklukkan di selatan. Huang Chao, salah seorang hulubalang, menawan Guangzhou pada tahun 879 dan membunuh kebanyakan daripada 200,000 penghuninya serta sebahagian besar koloni keluarga pedagang asing yang besar di sana. Pada lewat tahun 880, Luoyang menyerah kalah dan pada 5 Januari 881, Huang Chao menaklukkan Changan. Maharaja Xizong melarikan diri ke Chengdu, dan Huang mengasaskan sebuah rejim baru yang tidak lama kemudian dimusnahkan oleh tentera Tang. Bagaimanapun, lagi sebuah tempoh huru-hara politik menyusul.
Rencana utama: Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan
Tempoh perpecahan politik antara Dinasti Tang dengan Dinasti Song yang dikenali sebagai Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Kemaharajaan berlangsung selama sedikit melebihi setengah abad dari tahun 907 sehingga tahun 960. Pada zaman yang singkat itu ketika China merupakan sebuah sistem berbilang negeri dari apa jua segi, lima buah rejim berturut-turut menguasai kawasan tengah empayar lama di China utara dengan cepat. Pada masa yang sama, sepuluh buah rejim yang lebih stabil menduduki bahagian-bahagian China di selatan dan barat dan oleh itu, zaman itu juga dirujuk sebagai "Zaman Sepuluh Kemaharajaan".
Rencana utama: Dinasti Song
Pada tahun 960, Dinasti Song ((960-1279) bangkit untuk berkuasa di kebanyakan bahagian China dengan ibu kotanya di Kaifeng, dan memulakan suatu tempoh kemakmuran ekonomi, manakala Dinasti Liao Khitan memerintah Manchuria dan Mongolia timur. Pada tahun 1115, Dinasti Jin (1115-1234) Jurchen bangkit dan memusnahkan Dinasti Liao dalam tempoh sepuluh tahun, dan hampir mengambil alih China utara dan Kaifeng daripada Dinasti Song yang memindahkan ibu kotanya ke Hangzhou. Dinasti Song Selatan juga menderita keaiban apabila dipaksa untuk mengakui Dinasti Jin sebagai dipertuan rasminya. Pada tahun-tahun yang menyusul, China dibahagikan antara Dinasti Song, Dinasti Jin, dan Xia Barat Tangut. Song Selatan mengalami satu tempoh perkembangan teknologi yang ketara yang dapat dijelaskan sebahagiannya oleh tekanan ketenteraan yang dirasainya dari utara.
Rencana utama: Dinasti Yuan
Empayar Jin ditewaskan oleh tentera Mongol yang kemudian mara untuk menewaskan Song selatan dalam sebuah perang yang berpanjangan dan berdarah. Perang ini merupakan perang pertama yang senjata api memainkan peranan yang penting. Pada tahun-tahun selepas peperangan tersebut yang kemudian dikenali sebagai Pax Mongolica, pengembara-pengembara Barat seperti Marco Polo membuat perjalanan sehingga ke China dan membawa balik laporan-laporan pertama tentang keajaibannya ke Eropah. Di China, orang-orang Mongol dibahagikan kepada mereka yang hendak mengekalkan diri di steppe dan mereka yang ingin mengamalkan adat resam bangsa Han.
Kublai Khan, cucu Genghis Khan, hendak mengamalkan adat resam bangsa Han dan mengasaskan Dinasti Yuan. Dinastinya merupakan dinasti pertama yang memerintah seluruh China dari Beijing sebagai ibu kotanya. Sebelum itu, Beijing ialah ibu kota Dinasti Jin yang tidak memerintah seluruh China. Beijing telah diserahkan kepada Dinasti Liao pada tahun 938, bersama-sama 16 buah prefektur Yan Yun.
Rencana utama: Dinasti Ming
(1368-1644)
Terdapat sentimen yang bergelora di kalangan penduduk-penduduk terhadap pemerintahan "orang asing" (dikenali sebagai Dázi) yang akhirnya mencetuskan pemberontakan-pemberontakan petani. Orang-orang Mongol diundurkan ke steppe dan digantikan dengan Dinasti Ming pada tahun 1368.
Semasa pemerintahan Mongol, jumlah penduduk telah menyusut sebanyak 40 peratus sehingga lebih kurang 60 juta orang. Dua abad kemudian, jumlah ini bertambah sekali ganda. Pembandaran meningkat apabila jumlah penduduk bertambah dan ketika pembahagian kerja menjadi lebih rumit. Pusat-pusat bandar yang besar seperti Nanjing dan Beijing juga menyumbangkan kepada pertumbuhan industri swasta. Khususnya, industri-industri skala kecil muncul dan seringnya mengkhususkan dalam pengeluaran barang-barang kertas, sutera, kapas, dan porselin. Banyak pusat bandar yang agak kecil dengan pasar-pasar sendiri muncul di seluruh negara. Pasar-pasar bandar khususnya menjual makanan dan sebilangan barang kegunaan rumah seperti jarum peniti serta minyak masak.
Walaupun terdapat xenofobia (gerun orang asing) dan kaji diri intelektual yang mencirikan aliran fikiran neo-Konfusianisme baru yang semakin popular, China di bawah Dinasti Ming awal tidak terpencil. Perdagangan luar negeri dan hubungan-hubungan dengan bahagian-bahagian lain di dunia, khususnya dengan Jepun, bertambah dengan ketara. Pedagang-pedagang Cina menjelajah kesemua Lautan Hindi, dan tiba di Afrika Timur dengan pelayaran-pelayaran Zheng He (nama asalnya Ma Sanbao).
Zhu Yuanzhang atau (Hong-wu), pengasas Dinasti Ming, menyediakan asas untuk sebuah negara yang kurang minat akan perdagangan tetapi lebih berminat untuk memungut hasil daripada sektor pertanian. Mungkin kerana latar belakang maharaja ini yang merupakan seorang petani, sistem ekonomi Dinasti Ming menekankan pertanian, bertentangan dengan Dinasti Song dan Dinasti Mongol yang bergantung kepada pedagang-pedagang untuk hasilnya. Pemilikan tanah neo-feudal pada zaman dinasti-dinasti Song dan Mongol diekspropriasi oleh raja-raja Ming. Ladang-ladang besar dirampas oleh kerajaan dan dibahagikan untuk disewa. Pengabdian peribadi diharamkan. Oleh itu, selepas kemangkatan Maharaja Yong-le, terdapat lebih banyak petani yang memiliki tanah sendiri dalam pertanian Cina. Undang-undang tersebut mungkin membuka jalan untuk menghapuskan kemiskinan yang paling teruk semasa rejim-rejim terdahulu. Undang-undang yang menyekat pedagang-pedagang dan tukang-tukang dipeliharakan seperti di bawah Dinasti Song, tetapi saki baki kelas pedagang asing kini dibawa ke bawah undang-undang Ming yang baru. Dengan itu, pengaruh mereka merosot dengan pantas.
Hubungan asing Empayar Ming pada dekad 1580-an (ditunjukkan dengan warna biru )
Dinasti Ming mempunyai sebuah kerajaan pusat yang kukuh serta rumit yang menyatukan dan menguasai seluruh empayar. Peranan maharaja menjadi lebih autokratik, walaupun Zhu Yuanzhang masih meneruskan penggunaan apa yang digelar "Setiausaha-setiausaha Agung" untuk membantunya dalam kerja-kerja kertas birokrasi, seperti rayuan dan cadangan kepada maharaja, edik empayar sebagai balasan, berbagai-bagai laporan, serta rekod-rekod cukai. Adalah birokrasi yang sama ini yang kemudian menghalang kerajaan Ming daripada keupayaan untuk menyesuaikan diri kepada perubahan-perubahan dalam masyarakat, dan akhirnya mengakibatkan kejatuhan Dinasti Ming.
Maharaja Yong-le cukup aktif dalam percubaannya untuk memperluas pengaruh China di luar sempadannya dengan menuntut ufti daripada raja-raja yang lain. Sebuah angkatan tentera yang besar ditubuhkan, dengan kapal-kapal empat tiang yang beratnya 1,500 tan dibina. Sebuah angkatan tentera yang terdiri daripada sejuta orang askar tetap (sebilangan anggaran menetapkan bilangan ini sebagai 1.9 juta orang) ditubuh. Angkatan-angkatan tentera darat China menaklukkan Annam, manakala armada Cina belayar di laut-laut China serta Lautan Hindi sehingga pantai timur Afrika dan memperoleh pengaruh terhadap Turkestan. Banyak negara lautan Asia menghantar ufti kepada maharaja Cina. Di dalam negeri, Terusan Agung diperbesar dan terbukti menjadi perangsang untuk perdagangan dalam negeri. Melebihi 100,000 tan besi dikeluarkan setiap tahun. Banyak buku dicetak dengan menggunakan movable type. Istana empayar di Kota Larangan Beijing mencapai keindahan kini. Zaman Dinasti Ming kelihatan merupakan zaman China yang paling makmur. Adalah semasa abad-abad ini bahawa potensi China selatan dieksploitasi sepenuhnya. Tanaman-tanaman baru ditanam secara meluas, dan industri-industri seperti pengeluaran porselin dan tekstil berkembang maju.
Dinasti Ming juga merupakan dinasti terakhir yang mengerjakan Tembok Besar China. Sedangkan tembok itu dibina pada masa-masa awal, kebanyakannya yang dilihat pada hari ini dibina atau diperbaiki oleh Dinasti Ming. Kerja-kerja bata dan granit diperbesar, dan menara-menara pengawal direka bentuk semula, dengan meriam-meriam ditempatkan pada sepanjang tembok tersebut.
Rencana utama: Dinasti Qing
Dinasti Qing (1644–1911) diasaskan selepas penewasan Dinasti Ming, dinasti bangsa Han yang terakhir, oleh tentera Manchu. Kaum Manchu yang dahulunya dikenali sebagai Jurchen menyerang dari utara pada lewat abad ke-17. Walaupun mereka bermula sebagai penakluk asing, mereka dengan pantasnya mengamalkan norma-norma kerajaan Cina tradisional yang mendasarkan Konfusianisme dan akhirnya memerintah dengan gaya dinasti-dinasti asli.
Dinasti Manchu menguatkuasakan 'perintah tocang' yang memaksa semua orang Han untuk mengamalkan tocang Manchu serta memakai pakaian gaya mereka. Masyarakat Manchu mempunyai gaya rambut yang istimewa. Mereka menggunting semua rambut di bahagian depan kepala dan menjadikan rambut di bahagian belakang kepala sebagai tocang yang panjang. Pakaian Cina tradisional, atau Hanfu, juga digantikan dengan pakaian gaya Manchu. Qipao (pakaian askar panji-panji) dan Tangzhuang yang biasanya dianggap sebagai pakaian tradisional Cina pada hari ini sebenarnya merupakan pakaian gaya Manchu. Hukuman ke atas sesiapa yang tidak mematuhi undang-undang itu ialah hukuman mati.
Maharaja Kangxi menitahkan penciptaan sebuah kamus askara Cina yang paling lengkap ketika itu. Di bawah Maharaja Qianlong, penyusunan sebuah katalog tentang karya-karya kebudayaan Cina dilakukan.
Dinasti Manchu memulakan sistem "Lapan Panji-panji" sebagai suatu percubaan untuk mengelakkan asimilasi ke dalam masyarakat Cina. "Lapan Panji-panji" itu merupakan institusi-institusi tentera yang ditubuhkan untuk memberikan sebuah struktur yang para "askar panji-panji" dapat mengaitkan diri. Keahlian kepada panji-panji tersebut berdasarkan kemahiran Manchu dalam bidang-bidang seperti memanah dan menunggang kuda, serta kehematan. Selain itu, mereka juga digalakkan menggunakan bahasa Manchu, berbanding dengan bahasa Cina. Para askar panji-panji diberikan hak istimewa ekonomi dan undang-undang di kota-kota Cina.
Pada separuh abad yang kemudian, kaum Manchu mengukuhkan kuasanya di sebilangan kawasan yang pada asalnya dikuasai oleh Dinasti Ming, termasuk Yunnan. Mereka juga memperluas lingkungan pengaruhnya ke atas Xinjiang, Tibet, dan Mongolia.
Semasa abad ke-19, kuasa Qing merosot. China mengalami persengketaan sosial secara besar-besaran, ekonomi yang tidak berkembang, serta penembusan dan pengaruh Barat. Keinginan Britain untuk meneruskan perdagangan candu dengan China bercanggah dengan edik-edik empayar yang mengharamkan dadah yang menagihkan itu, dan Perang Candu Pertama tercetus pada tahun 1840. Britain dan kuasa-kuasa Barat, termasuk Amerika Syarikat, kemudian menduduki "konsesi" secara paksaan dan memperoleh hak istimewa perdagangan. Hong Kong diserahkan kepada Britain pada tahun 1842 di bawah Perjanjian Nanking. Selain itu, Pemberontakan Taiping (1851–1864) dan Pemberontakan Petinju berlaku pada abad itu. Dari banyak segi, pemberontakan-pemberontakan dan perjanjian-perjanjian yang Dinasti Qing dipaksa mengikat dengan kuasa-kuasa imperialis merupakan gejala-gejala ketakupayaan kerajaan China untuk membalas dengan sempurna kepada keadaan-keadan yang mencabar China pada abad ke-19.
Kedua-dua Perang Candu yang tersebut di atas serta perdagangan candu membawa akibat yang amat merugikan kepada dinasti Qing dan penduduk-penduduk Cina. Perbendaharaan empayar Qing dua kali diisytiharkan muflis, akibat pembayaran ganti rugi yang dikenakan kerana perang-perang candu, serta aliran keluar logam perak yang banyak, akibat perdagangan candu (pada tahap berpuluh-puluh bilion auns). China mengalami dua kebuluran yang paling teruk tepat dua puluh tahun selepas setiap perang candu pada dekad 1860-an dan dekad 1880-an, dengan kerajaan Qing tidak berupaya untuk membantu penduduknya. Dari segi sosial, peristiwa-peristiwa ini mempunyai kesan yang besar kerana ia mencabar hegemoni yang dinikmati oleh orang-orang Cina di Asia selama berabad-abad. Oleh itu, negara China di dalam keadaan huru-hara.
Pemberontakan Taiping, sebuah pemberontakan yang besar, membabitkan sekitar satu pertiga kawasan China yang dikuasai oleh Taiping Tianguo, gerakan agama kuasi-Kristian yang diketuai oleh Hong Xiuquan, "Raja dari Syurga". Hanya selepas empat belas tahun bahawa pemberontakan Taiping akhirnya dihancurkan ketika angkatan tentera Taiping dimusnahkan dalam Pertempuran Ketiga Nanking pada tahun 1864. Pada keseluruhannya, antara 20 - 50 juta orang dikorbankan, dan menyebabkan perang ini merupakan perang yang kedua paling mengorbankan nyawa dalam sejarah manusia.
Pegawai-pegawai Qing lambat menerima kemodenan dan berasa sangsi terhadap kemajuan-kemajuan sosial dan teknologi yang diperlihatkan mereka sebagai satu ancaman terhadap penguasaan mutlak mereka ke atas China. Sebagai contoh, serbuk letupan yang telah digunakan secara meluas oleh tentera-tentera Dinasti Song dan Dinasti Ming diharamkan oleh raja-raja Qing selepas mereka mengambil alih China. Oleh itu, Dinasti Qing tidak berupaya menangani pemasukan negara-negara Barat. Kuasa-kuasa barat ada masuk tangan secara ketenteraan untuk mengatasi keadaan huru-hara, seperti Pemberontakan Taiping serta Pemberontakan Petinju anti-imperialis. Jeneral Gordon, yang kemudian dibunuh dalam pengepungan Khartoum, Sudan, sering diberikan penghargaan kerana menyelamatkan Dinasti Qing daripada pemberontakan Taiping.
Menjelang dekad 1980-an, Dinasti Qing berjaya mematahkan pemberontakan Taiping pada kos dan pengorbanan nyawa yang amat tinggi. Ini menjejaskan kebolehpercayaan rejim Qing dan dianjurkan oleh para ketua dan ningrat provinsi tempatan, menyumbangkan kepada kebangkitan hulubalang-hulubalang di China. Dinasti Qing di bawah Maharaja Guangxu bermula untuk menangani masalah kemodenan melalui Gerakan Pengukuhan Diri. Bagaimanapun, antara tahun 1898 dan tahun 1908, Maharani Balu Cixi mempenjarakan reformis Guangxu atas tuduhan 'ketakupayaan mental'. Dengan bantuan puak konservatif, Cixi memulakan sebuah rampasan kuasa ketenteraan dan secara berkesan menghapuskan kuasa Maharaja yang muda, serta memulihkan kebanyakan reformasi yang lebih radikal. Maharaja tersebut mangkat sehari sebelum kematian Maharani Balu (sesetengah orang mempercayai bahawa Guangxu diracuni oleh Cixi). Amalan rasuah oleh para pegawai, kesinisan, serta pergaduhan-pergaduhan keluarga diraja mengakibatkan kebanyakan reformasi ketenteraan tidak berguna. Oleh itu, "Tentera Baru" kerajaan Qing ditewaskan dengan teruk dalam Perang China-Perancis (1883-1885) dan Perang China-Jepun (1894-1895).
Pada permulaan abad ke-20, Pemberontak Petinju mengancam China utara. Para pemberontak merupakan gerakan anti-imperialis konservatif yang cuba memulihkan China kepada cara-cara lama. Maharani Balu yang mungkin cuba memastikan pemegangan kuasanya, menyebelahi pihak petinju ketika mereka mara ke Beijing. Sebagai gerak balas, Perikatan Lapan Negara menyerang China. Perikatan itu yang terdiri daripada tentera British, Jepun, Rusia, Itali, Jerman, Perancis, Amerika Syarikat dan Austria, menewaskan petinju-petinju dan menuntut lebih banyak konsesi daripada kerajaan Qing.
Rencana utama: Sejarah Republik China
Dikecewakan oleh tentangan istana Qing terhadap pembaharuan serta kelemahan China, para pegawai muda, pegawai tentera, dan pelajar — diilhami oleh gagasan-gagasan revolusi Sun Yat-sen — mula menyokong penggulingan Dinasti Qing serta penciptaan sebuah republik. Sebuah pemberontakan tentera, Pemberontakan Wuchang, dimulakan pada 10 Oktober 1911 di Wuhan. Kerajaan sementara Republik China dibentuk di Nanjing pada 12 Mac 1912, dengan Sun Yat-sen sebagai Presiden, tetapi beliau terpaksa menyerahkan kuasanya kepada Yuan Shikai, ketua Tentera Baru serta Perdana Menteri kerajaan Qing, sebagai sebahagian perjanjian untuk menyebabkan penurunan takhta raja Qing yang terakhir (satu keputusan yang Sun kemudian berasa kecewa). Pada tahun-tahun berikut, Yuan Shikai membubarkan dewan-dewan perundangan negara serta provinsi dan pada tahun 1915, mengisytiharkan diri sebagai maharaja. Cita-cita empayar Yuan ditentang dengan garang oleh orang-orang bawahannya dan selepas menghadapi prospek pemberontakan, Yuan turun takhta dan meninggal dunia tidak lama kemudian pada tahun 1916. Kematiannya mengakibatkan kekosongan pucuk pimpinan dalam kerajaan republik dan membawa satu zaman "hulubalang" ketika China diperintah oleh kerajaan campuran yang terdiri daripada ketua-ketua tentera provinsi yang berubah-ubah.
Satu peristiwa pada tahun 1919 yang tidak dikesan oleh negara-negara lain di seluruh dunia ialah penubuhan Gerakan 4 Mei yang membawa akibat jangka panjang kepada sejarah Cina pada sepanjang abad ke-20 yang tinggal. Gerakan ini bermula sebagai satu gerak balas terhadap keaiban yang dikenakan ke atas China oleh Perjanjian Versailles yang mengakhiri Perang Dunia I, tetapi kemudian menjadi sebuah gerakan bantahan terhadap keadaan di dalam negeri China. Kesangsian terhadap falsafah Barat yang liberal di kalangan intelektual Cina disusuli oleh penerimaan aliran fikiran yang lebih radikal. Ini pula menyemai bibit-bibit pertikaian yang tidak dapat diselesaikan antara sayap kiri dengan sayap kanan di China yang menguasai seluruh sejarah Cina pada baki abad itu.
Pada dekad 1920-an, Sun Yat-Sen mengasaskan sebuah pangkalan revolusi di China selatan, dan bermula untuk menyatukan sebuah negara yang berpecah-belah. Dengan bantuan Soviet, beliau menyertai sebuah perikatan dengan Parti Komunis China (CPC) yang baru. Selepas kematian Sun pada tahun 1925, akibat penyakit barah, Chiang Kai-shek, salah satu anak didik Sun, merampas kuasa Kuomintang (KMT; bahasa Cina untuk "Parti Nasionalis") dan berjaya menguasai kebanyakan kawasan selatan dan tengah China di bawah sebuah kempen ketenteraan yang dikenali sebagai Ekspedisi Utara. Selepas menewaskan hulubalang-hulubalang di China selatan dan tengah, Chiang dapat memperoleh kesetiaan daripada para hulubalang di utara, walaupun pada nama sahaja. Pada tahun 1927, Chiang memusuhi CPC dan mengejar angkatan tentera CPC serta ketua-ketuanya tanpa belas kasihan dari pangkalan-pangkalan mereka di China selatan dan timur. Pada tahun 1934, selepas dihalau dari pangkalan-pangkalan gunung mereka yang termasuk Republik Soviet Cina, angkatan tentera CPC memulakan Perarakan Panjang dan merentasi kawasan-kawasan China yang terpencil ke arah barat laut. Akhirnya, mereka mengasaskan sebuah pangkalan gerila di Yan'an di Provinsi Shanxi.
Semasa Perarakan Panjang, para ahli komunis disusun semula di bawah sebuah ketua baru, Mao Zedong (Mao Tse-tung). Perjuangan yang getir antara KMT dan CPC berterusan, baik secara terbuka mahupun secara sulit, pada sepanjang tempoh serangan Jepun yang berlangsung selama 14 tahun (1931-1945). Walaupun kedua-dua pihak membentuk barisan bersatu untuk menentang penyerang-penyerang Jepun pada tahun 1937 semasa bahagian Perang China-Jepun (1937-1945) dalam Perang Dunia II, barisan itu merupakan barisan pada nama sahaja. Perang antara kedua-dua pihak itu disambung semula selepas kekalahan Jepun pada tahun 1945. Bagaimanapun menjelang 1949, CPC telah menguasai kebanyakan negara China (sila lihat: Perang Saudara Cina).
Chiang Kai-shek melarikan diri dengan saki-baki kerajaannya ke Taiwan pada tahun 1949, dan Parti Nasionalisnya menguasai pulau tersebut serta beberapa pulau yang berjiran sehingga pilihan raya demokrasi diadakan pada lewat dekad 1990-an. Sejak dari masa itu, status politik Taiwan sentiasa dipertikaikan.
Rencana utama: Sejarah Republik Rakyat China
Dengan perisytiharan Republik Rakyat China (PRC) pada 1 Oktober 1949, China dibahagikan semula kepada Republik Rakyat China di tanah besar dan Republik China (ROC) di Taiwan serta Fujian yang merupakan beberapa buah pulau terpencil. Kedua-dua kerajaan itu menganggap diri sebagai kerajaan sebenar China dan mengecam satu sama lain sebagai kerajaan haram. Sejak dekad 1990-an, ROC telah mendesak untuk memperoleh pengiktirafan antarabangsa, manakala Republik Rakyat China menentang bersungguh-sungguh terhadap sebarang penglibatan negara-negara asing, dan mendesak bahawa segala hubungan luar negeri tidak menyimpang daripada dasar Satu China.