Warisan budaya kuno China selama ini lebih banyak dikenal dari seni kaligrafi atau pun guci. Padahal banyak benda-benda lainnya yang mewakili tradisi kuno China. Seperti alat musik dan kuas untuk menulis.
Benda-benda tersebut dipamerkan dalam Open Art & Antique Exhibition: A Journey to China Heritage di Mercure Grand Mirama Hotel. Beragam benda yang mewakili sejarah negeri Tirai Bambu dipamerkan mulai 8-20 Februari.
Ada beberapa alat musik petik dan gesek yang dipamerkan di lobi hotel bintang empat di kawasan Jl Raya Darmo tersebut. Di antaranya sitar yang biasa digunakan musisi China untuk mengiringi lagu atau tarian.
Ada juga alat musik kuno lainnya, seperti ruan, guzheng, erhu, pipa dan san xian, semacam kecapi yang menggunakan tiga dawai.
Selain alat musik, bermacam jenis kuas untuk menulis juga dipamerkan. Mulai dari yang berukuran kecil hingga besar. Bulu kuas sendiri berasal dari bulu beberapa jenis hewan, seperti serigala, beruang, kuda dan sapi.
Melengkapi beragam kuas itu, dipamerkan pula yen thai, yakni tempat mengaduk tinta sebelum digunakan untuk menulis maupun membuat kaligrafi.
Alat semacam ini sudah jarang ditemui di China. Pasalnya, tinta yang digunakan sekarang sudah dikemas dalam botol sesuai warna-warna yang ada. Dalam penggunaannya pun tidak perlu dicampur lebih dulu.
“Yen thai sudah tidak dipakai lagi sekarang,” kata Budi Anggono, kolektor benda-benda antik yang turut memamerkan barang koleksinya di hotel itu.
Budi mengatakan, selain kuas berikut yen thai, ia juga memamerkan berbagai jenis cap atau stempel dari batu giok. Stempel semacam ini biasa digunakan penulis-penulis di China sebagai penanda identitas pada hasil karyanya.
General Manager Mercure Grand Mirama Hotel Surabaya, Windiarto, mengatakan pameran digelar untuk memperkenalkan kebudayaan China kepada publik Surabaya. Selain Budi Anggono selaku kolektor pribadi, pihaknya juga menggandeng Universitas Widya Kartika dan Konsulat Jenderal China.
Sumber : http://jatim.vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar